Selain Indonesia, Saudi Aramco Lirik Malaysia dan China

Kilang minyak Pertamina.
Sumber :
  • Pertamina

VIVA.co.id – Selain Indonesia, perusahaan migas nasional asal Arab Saudi, Saudi Arabian Oil Company (Saudi Aramco), juga melirik negara lain untuk bekerja sama dalam meningkatkan kapasitas produksi.

Arus Mudik dan Balik Lebaran 2024, Konsumsi Pertamax Series Naik 9 Persen

Dua negara yang cukup potensial untuk dilakukan kerja sama pengembangan kilang adalah Republik Rakyat China (RRC) dan Malaysia.

President and Chief Executive Officer Saudi Aramco, Amin H Nasser, mengatakan, pihaknya masih berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 10 juta barel per hari (bph).

Motoris Pertamina Sudah Layani 37 Panggilan Kendaraan Pemudik Habis BBM di Tol

“Saat ini, kami berencana meningkatkan kapasitas (produksi) hingga 10 juta bph, sekarang baru 5,8 juta bph. Kita melihat potensi di China, Malaysia, dan tentunya Indonesia," kata Amin, usai penandatanganan JV Agreement di kantor pusat Pertamina, Kamis 22 Desember 2016.

Amin memuji sikap PT Pertamina yang ambisius dalam melakukan kerja sama patungan di Refinery Development Master Plan (RDMP) RU IV Cilacap. Ia yakin, kerja sama yang dijalin akan membuahkan hasil yang signifikan.

Harga Minyak Dunia Naik Buntut Konflik Israel-Iran, Pertamina Pastikan Harga BBM Tak Naik

"Pertamina perusahaan ambisius rencananya di kilang, Indonesia juga importir, dan sekarang penduduknya besar. Jadi, kebutuhan produk minyak tentu akan meningkat, ini sesuai dengan rencana Saudi Aramco, untuk memperluas jaringan serta peningkatan kapasitas," kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, PT Pertamina membentuk join venture, atau perusahaan patungan dengan Saudi Aramco dalam pengembangan RDMP RU IV Cilacap. Komposisi kesepakatan patungan perusahaan sebesar 55 persen Pertamina dan 45 persen untuk Saudi Aramco.

Setelah penandatanganan kesepakatan, Pertamina dan Saudi Aramco akan melanjutkan Basic Engineering Design (BED) yang ditargetkan selesai pada Februari 2017. Proyek kilang dengan nilai investasi sebesar US$5 miliar, atau sekitar Rp65 triliun ini ditargetkan selesai pada 2021.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya