Jokowi: Listrik Mahal Karena Banyak Broker

Presiden Jokowi
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fikri Halim

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo prihatin dengan masih mahalnya tarif listrik yang dijual Independent Power Producer atau produsen listrik swasta, kepada distributor utama, PT Perusahaan Listrik Negara saat ini. Hal itulah yang membuat tarif listrik di Indonesia terbilang mahal dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Malaysia.

Tolak Tarif Listrik Naik di 2022, Bambang Haryo: Termahal Sedunia

Tarif listrik, kata Jokowi, merupakan indikator daya saing sebuah negara. Sudah merupakan tugas pemerintah untuk mendorong peningkatan daya saing tersebut.

"Jadi, jangan sampai harga listrik kita lebih mahal dari negara lain. Misalnya PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) di Serawak, harganya cuma 2 sen dolar (per kWh). Coba dicek sendiri, ini informasi valid, kalau di kita masih 7 sen (per kWh)," kata Jokowi di acara Peresmian pengoperasian PLTP Lahendong unit 5 dan 6, di Tompaso, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa 27 Desember 2016. 

Anggota DPR Protes Harga Elpiji, BBM hingga Tarif Listrik di 2022

Menurut Jokowi, dengan potensi sumber daya alam yang ada di Indonesia, seharusnya harga listrik yang dijual lebih kompetitif dibandingkan dengan negara lain yang sumber dayanya minim. 

"Lalu kalau tenaga surya di Uni Emirat Arab (UEA) di sana harganya hanya 2,9 sen, di kita 14 sen. Ini perlu jadi perhatian, Padahal air kita melimpah, sungai melimpah, ada Mahakam ada Musi, ada Bengawan Solo, kalau di situ bisa dibangun 2 sen, di sanalah daya saing Indonesia melonjak naik," kata dia. 

Mendag Lutfi Dinobatkan Jadi Pemimpin Terpopuler oleh Warganet

Jokowi mengungkapkan, mahalnya harga listrik di Indonesia juga dikarenakan banyaknya pihak yang tidak bertanggung jawab. Ia menyebut banyak broker dan makelar yang bermain di hulu kelistrikan. 

"Kenapa harga kita mahal, karena banyak Beban biaya yang tidak perlu, terlalu banyak orang di tengah (perantara), terlalu banyak yang broker, makelar.  Jadi kenapa mereka (Malaysia) bisa kita tidak bisa, jadi ini pasti ada sesuatu," katanya.

Jokowi meminta, agar pemerintah dapat memantau pergerakan ‘orang yang di tengah’ alias broker tersebut. Karena hal itu merupakan faktor yang melemahkan daya saing RI, lantaran masih mahalnya tarif listrik di Indonesia. 

"Di antara bapak-bapak (direksi BUMN dan swasta) banyak tahu yang begini,  berarti benar tidak? Kalau ditepuki pasti bener," kata Jokowi diiringi riuh tepuk tangan para tamu acara. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya