Semakin Tak Efisien, Investasi Sulit Dongkrak Ekonomi RI

Uang rupiah.
Sumber :
  • VIVAnews/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Institute Development for Economic and Finance atau Indef mencatat, investasi yang masuk terus mengalami penurunan di setiap kuartalnya sepanjang 2016. Pihaknya memandang, dana investasi yang masuk Indonesia tidak dimanfaatkan secara efisien.

Lalui Seleksi Ketat, 63 Reksa Dana Sabet Penghargaan Best Mutual Fund Awards 2024

Ekonom Indef Eko Listiyanto memaparkan, hal tersebut dibuktikan dengan adanya data Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara investasi di tahun lalu dengan pertumbuhan output (PDRB/produk domestik regional bruto). Jika nilai ICOR tinggi berarti investasi itu semakin tidak efisien.

Ia mencontohkan, pada 2014, pertumbuhan ekonomi sebesar lima persen dengan ICOR mencapai 6,8 persen. Sementara pada 2015 pertumbuhan ekonomi sebesar 4,79 persen ternyata nilai ICOR-nya masih cukup besar yaitu sebesar 6,78 persen.

Perprindo Protes Permenperin Baru soal Impor Elektronik Picu Ketidakpastian Hukum, Ini Penjelasannya

"Sangat disayangkan, nilai pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat, namun nilai dari ICOR tetap tinggi. Hal ini berarti penggunaan nilai investasi ini tidak efisien," ujarnya di kantornya, Kamis, 29 Desember 2016.

Seperti diketahui, berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) di kuartal III 2016, investasi cuma tumbuh 10,7 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), lebih rendah dari kuartal I 2016 sebesar 17,8 persen dan kuartal II 2016 tumbuh 12,2 persen. Sedangkan, ekonomi kuartal III 2016 tumbuh sebesar 5,02 persen.

Simak, Begini Cara Kerja Manajer Investasi Reksa Dana

Menurut Eko, dengan nilai ICOR yang masih cukup tinggi itu menunjukkan investasi yang masuk tidak lagi sebagai pendongkrak pertumbuhan ekonomi.  Untuk itu pihaknya berharap, ke depan pemerintah harus dapat mengubah kualitas investasi. Sehingga harusnya di saat pemerintah Jokowi gencar menarik investasi, maka dalam realisasinya harus bisa menekan ICOR tersebut, dalam arti semakin lebih efektif.

Salah satunya, kata dia, adalah aspek teknologi. Karena menurunnya kesiapan teknologi dan kapasitas berinovasi membuat Indonesia semakin sulit memanfaatkan investasi yang masuk itu. "Jika teknologi disiapkan, maka investasi bisa mendorong pertumbuhan. Selama ini, dengan nilai ICOR yang 6,78 persen, ternyata kesiapan teknologi hanya 3,5 persen dan kapasitas berinovasi sebesar 4,7 persen.”

(mus)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya