BI: Waspada Uang Palsu Saat Pilkada 2017

Tumpukan uang rupiah.
Sumber :
  • VIVA.co.id/M. Ali. Wafa

VIVA.co.id – Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Utara mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap peredaran uang palsu. Fenomena ini diperkirakan semakin meningkat saat mengambil momentum pemilihan kepala daerah serentak tahun ini. 

Utang Luar Negeri Indonesia Turun Jadi US$413,6 Miliar

Di Sulawesi Utara pada 2017, menurut Bank Indonesia (BI), diketahui akan menggelar dua pilkada serentak, yakni di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Bolaang Mongondow.

“Selain pilkada, biasanya peredaran uang palsu juga semakin marak saat perayaan hari raya seperti Natal, tahun baru, dan Lebaran. Dan trennya memang naik saat kebutuhan dan daya beli tinggi di momen-momen tadi,” kata Deputi Direktur Kantor Perwakilan BI Sulawesi Utara, A Yusnang, di kantornya, Kamis 12 Januari 2017. 

BI Fast Payment, Jawaban untuk Kebutuhan Transaksi Murah

Temuan uang palsu di Sulawesi Utara, Yusnang melanjutkan, pada 2016, terkait jumlah, tren meningkat dibanding 2015. Tahun lalu, perbankan di Manado dan sekitarnya menarik 364 lembar uang palsu yang diterima dari masyarakat. Sementara itu, tahun sebelumnya sebanyak 288 lembar. 

Selain itu, temuan lainnya bersama aparat kepolisian yang dikalkulasi Manajer Pengelolaan Uang Rupiah BI Sulawesi Utara, Ayub Litahati, uang palsu dalam pecahan Rp100 ribu sebanyak 120 bilyet, Rp50 ribu delapan bilyet, Rp20 ribu dan Rp10 ribu masing-masing satu bilyet.

Cadangan Devisa RI Februari 2022 Naik Tipis, Ini Pendorongnya

Salah satu temuan uang palsu di lapangan yang bisa langsung teridentifikasi terjadi di Kota Bitung. Yusnang menambahkan, ada pembayaran pada salah satu kasir tempat karaoke di daerah itu senilai Rp2 juta. Setelah diverifikasi ternyata semuanya palsu. 

Karena itu, dia menilai, upaya edukasi mengenai peredaran uang palsu sangat penting untuk terus disuarakan ke masyarakat. BI sering memfokuskan kegiatan itu pada masyarakat di perbatasan dan kepulauan. 

“Masyarakat di daerah perbatasan dan kepulauan harus terus dibekali supaya bisa mengidentifikasi uang palsu atau tidak, terutama mereka yang melakukan aktivitas perdagangan dengan orang luar,” ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya