Omzet Industri Ritel Terus Merosot

Salah Satu Gerai Ritel di Jakarta
Sumber :
  • antarafoto.com

VIVA.co.id – Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia, atau Hippindo melaporkan rapor merah untuk pertumbuhan ritel pada 2016. Disebutkan, berdasarkan data ritel, penurunan omzet dan daya beli masyarakat ini sudah berlangsung sejak dua tahun terakhir.

Misi Pemerintah Lewat Transformasi Digital Capai Target Pertumbuhan Ekonomi 5,2% di 2024

"Masih bisa buka toko dan tidak melakukan PHK (pemutusan hubungan kerja) karyawan di tahun 2016 itu, sudah bisa dibilang bagus," kata Budihardjo Iduansjah, ketua umum DPP Hippindo, di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa 17 Januari 2017.

Ia mengatakan, pihak penyewa membutuhkan dukungan berbagai pihak, agar sektor ritel bertahan, terutama dari para pengelola mal/pusat perbelanjaan hingga pemerintah.

Asosiasi Ritel hingga Pusat Perbelanjaan Curhat Dihantui Praktik Jastip

Diungkapkannya, salah satu biaya terbesar yang membebani peritel adalah kenaikan biaya servis, yang bisa mencapai 30 persen dan beban biaya sewa yang terus naik puluhan persen. Bahkan, bisa lebih dari 100 persen.

"Kami berharap, pihak mal tidak menaikkan biaya-biaya, termasuk sewa dan service charge. Namun apabila naik, kami meminta agar tidak melewati kenaikan inflasi, atau maksimal kenaikan sebesar lima persen," kata dia.

HAPIMART Ritel Asal Tiongkok Resmi Beroperasi di ITC Cempaka Mas

Menurut dia, apabila biaya-biaya naik ditambah kenaikan upah minimum provinsi, maka ritel pun akhirnya akan menaikkan harga jual ke konsumen. Ini pada akhirnya akan membuat daya beli masyarakat menurun.

"Pada akhirnya, peritel tidak mampu menutup biaya operasionalnya dan akan berakibat kepada penutupan toko dan PHK," kata dia.

Ia menilai, pemerintah perlu memberikan perhatian mengenai hambatan di sektor ritel dengan cara menerbitkan aturan di Indonesia. Seperti halnya, negara-negara lain yang telah menerapkan regulasi, yang mengatur hubungan pengelola pusat belanja dengan para penyewanya. Sehingga, tercipta hubungan yang berimbang antara pengelola pusat belanja dengan para penyewa, agar dapat bersinergi demi mendukung perekonomian nasional.

"Ritel di Indonesia, banyak menghidupi industri lokal dengan tenaga kerja yang besar. Sehingga, apabila industri ritel terpuruk, maka akan mengganggu perekonomian nasional. Kami sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah," tutur dia. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya