Bulog Perlu Stok Beras 3 Juta Ton, Antisipasi Gejolak Harga

Bongkar Muat Beras di Gudang Bulog.
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Dalam upaya menjaga stabilitas harga beras dan mengurangi gejolak harga pangan di masyarakat dalam beberapa waktu ke depan, Presiden Joko Widodo mengharapkan kepada Perusahaan Umum Bulog untuk sediakan stok beras di angka stabil yaitu sebanyak tiga juta ton.

Panen Raya di Purwakarta Jelang Lebaran Dimassifkan Perkuat Ketahanan Pangan

Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, mengungkapkan Presiden Jokowi meminta pihaknya terus memperhitungkan sejumlah potensi serapan padi pada musim panen pertama tahun ini yaitu Maret 2017, yang diperkirakan mencapai 2,5 juta ton.

"Kita ada stok stabil di angka (kisaran) dua juta ton, berartikan harus serap, dan menghitung serapan, pengeluaran dan kita manage di angka tiga juta. Artinya ada in out, kami mencoba memang menurut hemat kami sekitar 2,5 juta," ujar Djarot di Kompleks Pergudangan Perum Bulog Divisi Regional Jakarta, pada Selasa, 14 Februari 2017.

Kombes Iqbal dan Anak Buah Cegat Kendaraan di Lampu Merah, Bikin Pengendara Hepi

Kontribusi pasokan yang diperhitungkan akan mengalami panen raya, di antaranya ia sebutkan Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta Papua. Namun, ia tidak bisa merinci potensi panen yang diperoleh dati masing-masing daerah tersebut. 

"Terkait detailnya berapa ada di Kementerian Pertanian, di sana yang lebih tahu angka pastinya," lanjut Djarot. 

Masker Beras Ternyata Memiliki Banyak Manfaat untuk Kesehatan Kulit Wajah, Apa Saja?

Ia yakin, jika perhitungan tersebut dapat tercapai, maka harga beras tidak akan alami gejolak ke depannya. Saat ini sendiri, kebutuhan konsumsi beras dalam negeri ada sekitar 33 juta ton dalam setahun. 

"Stok pemerintah, CBP (cadangan beras pemerintah) sudah termasuk di dalam stok nasional (kisaran dua juta ton), tapi jika dilihat dalam anggaran ada sekitar 271 ribu ton CBP untuk 2017," kata Djarot. 

Sementara ini, antara ketersediaan pasokan beras dengan kebutuhan konsumsi beras mengalami surplus. Namun, tidak ada kekhawatiran terjadinya penurunan harga, terutama di tingkat petani yang dapat menurunkan kesejahteraan petani. 

"Kalau saya melihat tidak ada penurunan, karena kan Inpres (instruksi presiden) harga gabah beras masih tetap, kalaupun terjadi ada beberapa titik harga turun pasti karena semata-mata kualitas," jelasnya. 

Apalagi, ia melanjutkan, saat ini di sejumlah wilayah masih diguyur hujan. Semua orang paham, gabah yang dipanen sebelum waktunya atau masih banyak yang belum matang, tentu rendemennya rendah, sehingga harganya rendah. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya