Ini Cara Menperin Buat Neraca Perdagangan RI Terus Positif

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Shintaloka Pradita Sicca

VIVA.co.id – Kementerian Perindustrian menyebutkan, ada beberapa industri manufaktur unggul yang dapat didorong produktivitasnya untuk ekspor. Industri ini diharapkan dapat memperbaiki neraca perdagangan Indonesia yang dalam dua tahun terakhir relatif stagnan.  

Jokowi Enggak Bahas Pemerintahan Prabowo saat Buka Puasa Bersama Menteri di Istana

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyebutkan, di tingkat ASEAN, atau Asia Tenggara, industri manufaktur Indonesia yang menempati peringkat pertama atas produktivitasnya adalah industri pupuk urea dengan produksi mencapai 8,8 juta ton per tahun. 

Kemudian, industri kaca lembaran dengan produksi 1,4 juta ton per tahun, industri keramik produksi 550 juta meter persegi per tahun, industri tekstil (serta sintetik) produksi 830 ribu ton per tahun, industri pulp dan kertas berproduksi 20,8 juta ton per tahun, industri kakao berproduksi 800 ribu ton per tahun, serta kelapa sawit dengan produksi 30 juta ton per tahun. 

Indonesia, Singapore Discuss Labor Cooperation

Sementara itu, industri dalam negeri yang menempati posisi kedua di ASEAN, meliputi industri ban dengan produksi 76,8 juta unit per tahun, industri oleokimia 2,4 juta ton per tahun, industri baja/logam lainnya dengan produksi 10 juta ton per tahun, dan industri otomotif dengan produksi 1,18 juta unit per tahun. 

"Petrokimia (oleokimia) kita ketinggalan dibanding Singapura, Malaysia, Thailand. Tetapi, kalau investasi chemical dari PT Candra Asri Rp80 triliun dan Lotte Chemical Rp52-53 triliun masuk kita samakan Singapura. Terlebih, refinery (kilang) minyak kita ketinggalan jauh," ujar Airlangga di Hotel Borobudur Jakarta pada Rabu, 22 Februari 2017.

Menko Airlangga Bertemu Menteri Singapura Bahas KEK hingga Kerja Sama Ketenagakerjaan

Kemudian, untuk industri manufaktur dalam negeri yang menempati peringkat ketiga di ASEAN, adalah industri sarung tangan karet yang berproduksi 18,9 miliar pasang per tahun. Sementara itu, industri pholyethylene dan polyprophylene yang menempati posisi keempat berproduksi 1,5 juta ton per tahun. 

Airlangga mengungkapkan, dengan potensi besar dari beberapa sektor industri unggul tersebut maka investasi perlu didorong masuk untuk tingkatkan ekspor. Hal itu perlu dilakukan dengan sinergitas antarkementerian/lembaga terkait, seperti sinergitas dengan Badan Koordinator Penanaman Modal (BKPM).

Sejalan untuk tingkatkan kualitas dan kuantitas ekspor, Ia mengatakan juga mendorong program prioritas Kemenperin lainnya, yang meliputi peningkatan daya saing, pertumbuhan populasi industri, pengembangan kawasan industri. 

"Basic-nya vocational training, pendalaman struktur industri, dan penguatan mata rantai industri. Sehingga, pengalaman pada 2008-2009 tidak terulang kembali, yang saat economic boom kita tidak banyak dapat capex (capital expenditure/belanja modal). Saat ini, adalah saat yang tepat lakukan investasi, karena sekarang capex yang paling murah," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya