Indikator Pengerek Inflasi 2017 RI Makin Meluas

Meteran listrik/Ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

VIVA.co.id – Institute for Development of Economics and Finance, atau INDEF mengungkapkan tantangan besar bagi Pemerintah Indonesia untuk mencapai target inflasi tahun ini, empat plus minus satu persen. Itu, karena indikator pengerek inflasi semakin meluas. 

Agustus 2022 Indonesia Deflasi, Tapi Ada Komoditas Penyumbang Inflasi

Peneliti INDEF, Abra Puspa Ghani mengatakan beberapa faktor, di antaranya adalah kenaikan tarif listrik yang didasari oleh pencabutan subsidi listrik untuk tegangan 900 Volt Amper (VA) secara bertahap dua bulan sekali sebesar 30 persen. 

Pada 1 Januari 2017, tarif tenaga listrik (TTL) 900 VA Rp774/kWh, kemudian menjadi Rp1.023/kWh per 1 Maret 2017, dan menjadi Rp1.352/kWh per 1 Mei 2017. Pada bulan-bulan berikutnya, tarif listrik akan disesuaikan berdasarkan harga keekonomian (harga pasar), atau dalam artian pencabutan total subsidi. 

Memotret Lonjakan Harga di Hari Raya Idul Fitri

"Secara nominal, tagihan rekening listrik pelanggan 900 VA non-subsidi akan meningkat dari sekitar Rp74 ribu per bulan menjadi Rp180 ribu per bulan pada Mei 2017 mendatang," ujar Abra kepada VIVA.co.id pada Rabu 1 Maret 2017.

Sehingga, pengeluaran listrik bagi rumah tangga golongan 900 VA akan meningkat sekitar 143 persen pada tahun ini pascapencabutan total subsidi 900 VA. 

Suku Bunga Acuan AS Agresif, Rupiah Dibayangi Pelemahan

Selain itu, terkait pergolakan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mengacu pada harga minyak dunia. 

"Kita enggak pernah tahu konstelasi dunia, kan perubahannya cepat. Bisa tiba-tiba. Kalau BBM naik, listrik naik, ya sudah. Kalau BBM naik, harga perekonomian juga akan tinggi. Listrik kan, bahan bakarnya dari BBM juga. Saling berpengaruh. Subsidi LPG juga akan dikurangi. Inflasi, paling tidak berpengaruh," paparnya. 

Belum lagi, beberapa harga bahan pokok pangan yang bergejolak (volatile price), karena pengaruh ketersediaan di musim hujan. Ia mengatakan, seperti cabai akan masih menyumbang kuat inflasi, akan disusul kemudian bawang merah dan garam. 

Karenanya, ia prediksikan, kenaikan inflasi signifikan akan terjadi pada tahun ini. Lebih tinggi dari dua tahun sebelumnya. Inflasi pada 2015 sebesar 3,35 persen, kemudian pada 2016 turun menjadi 3,02 persen. 

"Maka, World Bank kan memprediksi inflasi Indonesia bisa mencapai 4,5 persen. Sementara, target inflasi kita di 2017, empat plus minus satu persen. Administered price masih yang dominan mendorong inflasi. Inflasi tahun ini akan lebih tinggi dari tahun 2015, 2016," ucapnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya