- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Bank Indonesia menyatakan, posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Februari 2017 tercatat sebesar US$119,9 miliar, atau lebih tinggi dibandingkan dengan posisi akhir Januari 2017 yang hanya US$116,9 miliar.
Deputi Direktur Kebijakan Ekonomi Moneter BI Riza Tyas menilai, posisi cadangan devisa di akhir bulan lalu mencerminkan kondisi nilai tukar rupiah yang berhasil menahan sentimen negatif dari gejolak yang terjadi dalam perekonomian global.
“Volatilitas kita juga sangat terkontrol. Dibandingkan 2015, ini membaik secara signifikan sampai hari ini,” ujar Riza di Jakarta, Selasa 7 Maret 2017.
Gubernur bank sentral Amerika Serikat Janet Yellen sebelumnya memberikan sinyal kuat untuk menaikkan tingkat suku bunga acuan bank sentral (Fed Fund Rate) pada pertengahan bulan ini dalam pertemuan Federal Open Market Committe, dengan pertimbangan membaiknya indikator ekonomi AS.
Namun, Riza memandang, sentimen tersebut tidak akan terlalu memberikan pengaruh kepada kondisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang negeri Paman Sam. Apabila rupiah terlempar dari fundamentalnya, maka BI pun tak segan-segan melakukan intervensi.
“Kami percaya reaksi pasar tidak akan ekstrim. Sudah price in (penyesuaian). BI selalu berada di pasar tetapi terukur,” ujarnya menjelaskan.
Sebagai informasi, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate BI, nilai tukar rupiah hari ini berada di posisi Rp13.350 per dolar AS, menguat Rp14 dibandingkan posisi kemarin, 6 Maret 2017 yang berada di level Rp13.364 per dolar AS. (mus)