RI Tak Bisa Lagi Andalkan Komoditas Energi

Ladang minyak/Ilustrasi.
Sumber :
  • CNBC

VIVA.co.id – Komoditas di sektor energi nasional selama ini menjadi salah satu penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Namun, seiring dengan berakhirnya era 'booming' komoditas, Indonesia harus menelan pil pahit, atas dampak yang diberikan.

RI Masuk Jajaran Negara ASEAN yang Lambat Genjot EBT, Ini Solusinya

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian, I Gusti Putu Suryawirawan menilai, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan komoditas di sektor energi sebagai penopang ekonomi nasional. Namun, bagaimana mengoptimalisasi komoditas tersebut menjadi barang yang mampu memberikan nilai tambah.

"Bahaya, kalau kita biarkan energi menjadi komoditas pasar. Padahal, seharusnya bisa dikendalikan pemerintah untuk menggerakkan sektor barang dan jasa," jujar Putu, Jakarta, Rabu 8 Maret 2017.

Bank Mandiri Perketat Syarat Kredit Industri yang Tak Ramah Lingkungan

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, total ekspor minyak dan gas sepanjang 2016, tercatat sebesar US$13,1 miliar, atau turun dari periode sama tahun lalu, yang tercatat US$18,6 miliar. Sementara itu, ekspor non migas pun hanya tercatat sebesar US$12,54 miliar, atau turun 90,94 persen.

Meskipun ada tren perbaikan harga komoditas seperti harga minyak, namun Putu memandang, sudah saatnya bagi Indonesia memanfaatkan komoditas di sektor energi untuk kepentingan nasional. Sehingga, manfaat yang dirasakan bisa menciptakan dampak berkelanjutan.

Jokowi Minta Produksi Industri Makin Ekspansif

"Kalau energi dijadikan komoditas untuk mencari keuntungan, maka industri jadi tidak kompetitif dan bisa pindah ke negara lain. Harus diubah kembali strategi industri nasional," katanya.

Lagi pula, lanjut Putu, di tengah kondisi perekonomian dunia seperti sekarang, harga komoditas mentah tidak lagi memiliki nilai jual yang tinggi. Maka dari itu, diperlukan berbagai cara, untuk menjadikan seluruh komoditas strategis nasional memiliki nilai tambah yang lebih.

"Kalau punya tambang, CPO (minyak sawit mentah), jangan cuma dijual dalam bentuk mentah. Harus bisa diolah, bahkan sampai ke biodesel yang nilai tambahnya tinggi," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya