Tuduhan Trump Jadi Cermin RI Benahi Defisit Perdagangan

Kapal yang membawa barang-barang peti kemas ke China.
Sumber :

VIVA.co.id – “Tuduhan' Presiden Amerika Serikat Donald Trump kepada 16 negara mitra dagangnya yang dikaitkan sebagai penyebab defisit perdagangan dalam negerinya, seharusnya menjadi pengingat bagi Indonesia. Pemerintah bisa mengatur strategi untuk bisa juga mengurangi defisit perdagangan dalam negeri terhadap sejumlah negara. 

BPS Ungkap Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Neraca Perdagangan RI

Hal itu diutarakan oleh Ketua Komite Tetap Pengembangan Ekspor Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Handito Joewono. "Ini sebagai pengingat kita untuk meningkatkan ekspor, harus mengurangi defisit perdagangan. Mengembalikan neraca perdagangan kita lebih baik," ujar Handito kepada VIVA.co.id pada Kamis, 6 April 2017. 

Ia mengatakan, meski sebagai negara adidaya, selama ini telah menjadi hal biasa bagi AS mengalami defisit perdagangan. Di bawah kepemimpinan Trump, hal itu kemudian menjadi perhatian luar biasa. 

Neraca Perdagangan RI Februari 2022 Surplus US$3,83 Miliar

Menurutnya, dari sisi itu patut dicontoh, di tengah persaingan usaha global saat ini. Ia menilai, Indonesia harus mampu lebih lantang lagi untuk memperketat pasar dalam negeri dari gempuran produk impor. Upaya itu sejalan dengan meningkatkan kualitas produk lokal menjadi bertaraf ekspor dan memperluas pangsa pasarnya. 

Aktifitas Bongkar Muat Peti Kemas di Pelabuhan Tanjung Priok

Donald Trump dan Kedua Anaknya Akan Diperiksa Terkait Penipuan

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ada lima besar negara importir yang mengirim barangnya ke Indonesia, khususnya untuk komoditas non-migas, yaitu China, Jepang, Singapura, Thailand, dan yang kelima Amerika Serikat. 

Sepanjang 2016, nilai impor komoditas non-migas dari China meningkat menjadi US$30,6 miliar dari sebelumnya US$29,2 miliar pada sepanjang 2015. Sementara itu, dari Jepang, nilai impor Indonesia pada 2015 tercatat US$13,2 miliar.

Nilai itu turun menjadi US$12,9 miliar pada 2016. Lalu, Singapura pada 2015 mencapai US$8,9 miliar, turun menjadi US$7,6 miliar. 

Kemudian, nilai impor Thailand pada 2015 sebesar US$8,01 miliar, sebelum naik menjadi US$8,6 pada 2016. Selanjutnya, nilai impor AS ke Indonesia turun dari US$7,5 miliar pada 2015 menjadi US$7,2 pada 2016. 

Menilik data tersebut, Handito mengatakan, di tengah kontroversi cara diplomasi Trump, Indonesia jangan terkecoh dan harus fokus dengan langkah menurunkan impor dari beberapa negara yang meningkat, seperti China dan Thailand. 

"Kita jangan kalah perang dengan AS (dalam membuka pasar dalam negeri). Enggak perlu musuhin AS sebetulnya," ucapnya. 

Langkah Trump saat ini untuk AS tak ubahnya bagi Handito yang juga sebagai konsultan strategi bisnis branding dan marketing dari Arrbey Consulting, adalah untuk memberikan pancingan kepastian agar pasar AS di luar negeri terbuka sebanding dengan pasar ekspor yang dibuka AS untuk negara-negara tersebut. 

"Logisnya, secara etika, negara lain itu mau memberi barang dari kita, kita harus pastikan mereka juga mau membeli barang kita. Salah satu cara untuk meyakinkannya dengan gaya Trump ini,” kata dia. 

“Kita bisa melakukan ini dengan negara-negara yang memberikan defisit besar, seperti China. Kita harus berani lebih ketat kepada China," katanya. (art)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya