Pedagang Pasar Tradisional Mulai Khawatirkan HET

Ilustrasi pasar tradisional
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia mengatakan, konsumen beralih dari pasar tradisional ke pasar ritel modern menjadi hal yang tidak bisa terhindarkan, dengan adanya fasilitas yang lebih unggul.

Kementerian Perdagangan dan Penegak Hukum Diminta Lebih Tegas Tangani Peredaran Oli Palsu

Terlebih, Kementerian Perdagangan mengeluarkan aturan harga eceran tertinggi untuk diterapkan di ritel per 10 April lalu.

Komoditas bahan pokok pangan tersebut meliputi, gula semua merek maksimal seharga Rp12.500 per kilogram (kg), minyak goreng kemasan sederhana Rp11 ribu per liter, dan daging beku kerbau Rp80 ribu per kg.

PB KAMI Desak Kementerian Perdagangan Cabut Izin Perusahaan Pembuat Oli Palsu

Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia Handito Hadi Joewono mengatakan, konsumen yang beralih ke pasar ritel modern sudah terjadi sebelum ditetapkannya HET tiga komoditas tersebut.

"Saya rasa tidak terhindarkan. Dalam pengertian sebelumnya, sudah terjadi tanpa ada tiga komoditas yang diatur. Ini sudah terjadi di mana-mana. Bahwa konsumen itu ingin mendapatkan pelayanan yang baik, begitu juga layanan harga," ujar Handito kepada VIVA.co.id pada Kamis 13 April 2017.

Integrasi Tiktok Shop dan Tokopedia, DPR: Harus Bantu UMKM Adaptasi dengan Teknologi

Saat Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita meninjau realisasi penerapan aturan HET ritel pada kemarin, sentimen pembelian sendiri terlihat meningkat. Contohnya, gula terhitung dari 10-11 April pembelian gula mencapai satu ton dari sebelumnya bisa 800 kg saja dalam dua hari.

Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Tradisional (Ikappi) Abdullah Mansyuri sempat mengungkapkan, ada kekhawatiran bahwa dengan kebijakan Kemendag ini dapat semakin menyisihkan eksistensi pasar tradisional.

Namun, Handito mengatakan bahwa langkah Kemendag ia prediksikan tidak akan terlalu jauh mendistorsi kegiatan perdagangan di pasar tradisional, sehingga terkendali.

"Kemungkinan perpindahan itu ada, tetapi dirasa tidak akan terlalu banyak. Karena konsumen di pasar tradisional sadar, kalau enggak bisa dapat harga lebih murah komoditas tertentu, mereka bisa dapat yang lainnya. Jadi, enggak perlu terlalu dikhawatirkan. Ada risiko itu, tetapi tidak terlalu besar," tuturnya.

Ia melanjutkan, ada faktor lain yang dimiliki pasar tradisional yang membuat bertahan, selain diharapkan memiliki harga yang lebih murah, yaitu sebagai media kumpul sosial masyarakat menengah ke bawah. "Jangan lupa konsumen belanja kan faktor harga salah satunya bukan satu-satunya," ujarnya. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya