Kuartal I, Neraca Perdagangan RI Surplus US$3,93 Miliar

Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Badan Pusat Statistik mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang kuartal I 2017, sebesar US$3,93 miliar. Terdiri dari nilai ekspor kumulatif Januari-Maret 2017, sebesar US$40,61 miliar. Sedangkan nilai impor kumulatif Januari-Maret 2017, mencapai US$36,68 miliar.

Pakaian Dalam Asal Bantul Siap Bersaing di Amerika dan Inggris

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, ekspor kumulatif kuartal I yang mencapai US$40,61 miliar tersebut, meningkat 20,84 persen dibandingkan periode yang sama di 2016. Sedangkan untuk ekspor non migas mencapai US$36,66 miliar, atau meningkat 21,61 persen.

"Selama Januari-Maret 2017, ekspor dari 10 golongan barang (HS 2 digit) memberikan kontribusi 32,07 persen terhadap total ekspor non migas. Dari sisi pertumbuhan ekspor 10 golongan barang itu, naik 31,39 persen terhadap periode yang sama tahun lalu," jelas Kecuk, panggilan akrab Suhariyanto.

Pro Kontra Eksploitasi Pasir Laut, Pengamat Maritim Bilang Begini

Ia mengungkapkan, kenaikan ekspor tersebut juga didukung ekspor non migas hasil industri pengolahan Januari-Maret 2017, yang naik 19,93 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Demikian juga, ekspor hasil pertanian naik 22,84 persen dan ekspor hasil tambang dan lainnya naik 32,26 persen.

Sementara itu, total impor periode Januari-Maret 2017, yang sebesar US$36,68 miliar, tercatat naik sekitar 14,83 persen dibandingkan capaian periode yang sama tahun lalu. Peningkatan impor di dorong oleh golongan mesin dan peralatan listrik, sedangkan impor yang melambat adalah seperti besi dan baja.
    
Adapun negara pemasok barang impor non migas tersebut selama kuartal I ditempati Tiongkok, dengan nilai US$7,75 miliar (25,75 persen), Jepang US$3,42 miliar (11,34 persen), dan Thailand US$2,15 miliar (7,15 persen). Impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 20,87 persen, sedangkan dari Uni Eropa 9,45 persen.
    
"Impor utama masih dari Tiongkok 25,75 persen, atau sejumlah seperempat jumlah impor dari sana. Di posisi kedua ada Jepang, dan seterusnya.," ujarnya. (asp)

Sudah 160 Eksportir Parkirkan Devisa Hasil Ekspor di Dalam Negeri
Pameran Manufaktur Indonesia.

Sektor Manufaktur RI Jauh dari Deindustrialisasi, Ekonom Beberkan Buktinya

Kinerja positif sektor manufaktur dinilai menjadi modal utama untuk menarik lebih banyak investasi asing dengan orientasi ekspor. 

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024