Waspada, Dua Masalah Ini Kerek Inflasi di Tengah Tahun

Meteran listrik/Ilustrasi.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

VIVA.co.id – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menegaskan, perkembangan inflasi dalam empat bulan terakhir masih dalam batas kisaran yang ditargetkan pemerintah. Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, inflasi diproyeksikan berada di angka empat persen sampai dengan akhir tahun.

Agustus 2022 Indonesia Deflasi, Tapi Ada Komoditas Penyumbang Inflasi

“Cukup baiklah inflasi bulan ini. Sehingga, year to date maupun year on year masih dalam range yang kami harapkan,” kata Darmin, saat ditemui di kantornya, Jakarta, Selasa 2 Mei 2017.

Badan Pusat Statistik melaporkan, perkembangan Indeks Harga Konsumen pada April 2017 mencatatkan inflasi 0,09 persen, dengan inflasi tahun kalender sebesar 1,28 persen, sementara inflasi secara year on year mencapai 4,17 persen. Penyesuaian tarif listrik masih menjadi penyebab utama terjadinya inflasi di bulan April.

Memotret Lonjakan Harga di Hari Raya Idul Fitri

Kepala Badan Pusat Statistik, Suhariyanto, tak memungkiri akan ada dampak penyesuaian tarif dasar listrik untuk golongan 900 volt ampere pada perkembangan IHK bulan ini, meski dampaknya tidak akan signifikan. Sebab, penyesuaian tersebut baru akan terasa pada perkembangan IHK Juni 2017.

Menurut Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, kunci dari menjaga inflasi tahun ini adalah bagaimana mengendalikan harga makanan bergejolak (volatile food). Sehingga, hal ini bisa menekan dampak dari penyesuaian harga yang diatur pemerintah (administered price). Apalagi, rendahnya inflasi April, karena terkompensasi dari terjadinya deflasi komponen volatile food.

Usai Minyak Goreng dan Kedelai, Kini Harga Daging Sapi Merangkak Naik

Ekonom PT Bank Central Asia Tbk, David Sumual, saat berbincang dengan VIVA.co.id memproyeksikan perkembangan IHK Mei 2017 bisa mencatatkan inflasi di kisaran 0,3-0,15 persen. Penghitungan tersebut, sudah menyesuaikan dampak dari kenaikan tarif dasar listrik, dan permintaan yang melonjak jelang bulan Ramadan.

Meskipun bulan depan inflasi masih terkendali, namun pemerintah diharapkan mewaspadai pola musiman yang biasa terjadi setiap tahunnya. Penyesuaian tarif dasar listrik yang bersamaan dengan Ramadan dan Lebaran, tentu bisa menekan laju inflasi di pertengahan tahun.

“Juni itu bisa sampai satu persen, karena kenaikan harga listrik di bulan Juni. Nanti sebagian lagi, dipengaruhi pola musiman,” ujarnya.

Selanjutnya.... Buka Keran Impor


Buka Keran Impor

Ekonom PT Bank Permata, Josua Pardede, memproyeksikan inflasi Mei di rentang 0,2-0,3 persen, atau masih rendah. Namun menurut Josua, pemerintah ke depannya harus tetap menjaga komponen volatile food, sehingga bisa lagi mengompensasi tekanan administered prices yang dikhawatirkan memengaruhi inflasi ke depan.

“Kami perkirakan, puncaknya Juni-Juli, karena biasanya bulan puasa harga komoditas pangan naik, dan mendekati liburan. Lalu ada penyesuaian tarif dasar listrik,” katanya kepada VIVA.co.id.

Pedagang daging sapi di pasar tradisional.

Josua menilai, langkah impor pun menjadi opsi apabila stok pangan tidak bisa memenuhi kebutuhan selama bulan Ramadan. Selain karena musim panen telah usai, pengendalian volatile food menjadi salah satu cara untuk menekan dampak dari penyesuaian administered prices yang dilakukan pemerintah.

“Ini polanya musiman, dan Lebaran itu bukan satu dua kali. Supply tata logistik pangan harus dilengkapi, supaya tidak terjadi kenaikan pangan. Kalau produksinya kurang, tidak perlu memaksa diri. Semestinya (dibuka keran impor), tidak harus ngoyo. Lebih realistis,” ujarnya. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya