S&P Naikkan Rating Utang RI, Ini Kata Sri Mulyani

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • Chandra Gian Asmara/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyambut gembira hasil rating Lembaga pemeringkat Standard and Poor's (S&P) yang menaikkan peringkat utang Indonesia ke level Investment Grade atau layak investasi pada level BBB- dengan outlook stabil.

Fitch Ratings Tetapkan Peringkat Utang Indonesia Stabil, Begini Respons Kemenkeu

Kenaikan peringkat utang Indonesia ini menunjukkan outlook yang positif bagi investor untuk dapat berinvestasi di Tanah Air. "Kami menyambut gembira bahwa pemeringkatan yang dilakukan rating agensi S&P yang menyampaikan hasilnya pada hari ini dengan meningkatkan peringkat Indonesia menjadi BBB- dengan outlook stable," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers di kantornya, Jumat, 19 Mei 2017.  

Ani, sapaan akrabnya, mengatakan rating yang diberikan S&P sama dengan rating yang diberikan lembaga pemeringkat Utang lainnya, Fitch dan Moody's. Sebagai informasi, Fitch Rating Agency memberikan penilaian peringkat utang Indonesia pada level BBB- dengan outlook positif. Sedangkan, Moody's dengan level Baa3 dengan outlook positif yang berarti layak investasi.

Fitch Ratings Naikkan Peringkat BRI Menjadi BBB dan AAA (idn) dengan Outlook Stabil, Ini Faktornya

Lebih lanjut Ani mengatakan, pihaknya memperhatikan elemen-elemen yang membuat S&P menaikkan peringkat utang Indonesia. Pertama, manajemen APBN yang dianggap mengalami perbaikan signifikan dengan adanya langkah yang dilakukan pemerintah baik dari sisi belanja maupun penerimaan.

"Kedua langkah itu memfokuskan belanja kepada belanja prioritas yang produktif seperti infrastruktur, belanja pendidikan, kesehatan. Tujuannya, memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia dan juga memperbaiki efisiensi ekonomi," tutur dia.

Elnusa Raih Peringkat idAA dari Pefindo

Sedangkan langkah yang dilakukan pada sisi penerimaan yakni melalui reformasi perpajakan, memberikan dampak kepada kepercayaan yang makin baik terhadap pengelolaan APBN.

"Hal ini disampaikan dalam S&P sebagai suatu yang menyebabkan stabilitas pengelolaan keuangan negara, bahkan dalam situasi negara mengalami turn off trade shock karena harga komoditas maupun kondisi negara maju yang mengalami pelemahan," ujar dia.

Pemerintah akan terus melanjutkan pengelolaan utang yang efisien, inovatif dan produktif. Pemanfaatan utang akan diarahkan untuk kegiatan yang benar-benar produktif. Hal ini juga diharapkan dapat mewujudkan APBN yang lebih sehat, khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan berkeadilan di masa depan. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya