Alasan Kenapa Serapan Tenaga Kerja RI Belum Bergeliat

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Sumber :
  • Chandra Gian Asmara/VIVA.co.id

VIVA.co.id – Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat, realisasi penanaman modal dalam negeri maupun asing sepanjang kuartal kedua menembus Rp170,9 triliun atau meningkat 12,7 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya Rp151,6 triliun.

Sri Mulyani Janjikan Insentif ke Perusahaan Peduli Perubahan Iklim

Realisasi investasi selama kuartal kedua tahun ini, berhasil menyerap tenaga kerja sebanyak 345.323 orang, di mana tenaga kerja yang dihasilkan dari penanaman modal dalam negeri sebanyak 104.255 orang, sementara dari penanaman modal asing sebanyak 241.068 orang.

Meski angka serapan tenaga kerja pada kuartal kedua mengalami kenaikan dibandingkan kuartal pertama tahun ini, namun jika dibandingkan secara year on year pada periode yang sama justru menurun. Pada kuartal kedua tahun lalu, realisasi investasi berhasil menyerap 354.739 orang.

Sri Mulyani: Industri Otomotif Kunci Pemulihan Ekonomi

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, persentase serapan tenaga kerja memang akan tetap bergantung pada beberapa sektor. Apabila modal yang ditanamkan investor tidak berada di sektor padat karya, maka tentu serapannya tidak akan sebesar yang diharapkan.

"Sekarang kita yang tumbuh tinggi itu kimia, yang kecenderungan serapan tenaga kerjanya lebih kecil dari sektor manufaktur," kata Ani, sapaan akrab Sri Mulyani, Jakarta, Rabu malam, 26 Juli 2017.

Lagi, Sri Mulyani Sabet Penghargaan Internasional

Adapun realisasi investasi penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing berdasarkan lima sektor usaha adalah sektor pertambangan sebesar Rp20,8 triliun atau 12,2 persen dari realisasi keseluruhan, dan listrik gas dan air sebesar 19 triliun atau 11,1 persen dari realisasi keseluruhan.

Kemudian, industri makanan sebesar Rp18,9 triliun atau 11,1 persen, industri logam dasar, logam, mesin, dan elektronik sebesar Rp17,5 triliun atau 10,2 persen, dan industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi sebesar Rp12,8 triliun atau 7,5 persen dari realisasi keseluruhan.

"Jadi kami akan terus pantau pergerakannya. Apakah itu di kementerian teknis, atau terkait policy. Kami akan koordinasi," katanya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya