Nyonya Meneer Pailit, Menteri Bambang: Usaha Perlu Inovasi

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A

VIVA.co.id – Perusahaan jamu legendaris, PT Nyonya Meneer, resmi dinyatakan pailit alias bangkrut oleh Pengadilan Negeri Semarang. Perusahaan asli Kota Semarang, Jawa Tengah itu digugat pailit karena memiliki tumpukan utang kepada sejumlah kreditor.

Masyarakat Ditegaskan Harus dapat Manfaat Digitalisasi EkonomI Syariah

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, memandang, pesatnya perkembangan zaman menuntut manajemen perusahaan untuk melakukan inovasi. Perusahaan pun harus bisa beradaptasi dengan kondisi tersebut.

Berkaca dengan perusahaan sejenis Nyonya Meneer, Bambang mengatakan, sebagian di antara mereka hingga saat ini tetap bertahan, karena mengubah manajemen bisnis yang mengikuti zaman. Perusahaan tersebut pun mendapatkan keuntungan.

Bangun Infrastruktur, Pemerintah Dorong Swasta Ngutang ke AIIB

"Saya tidak mau men-judge masalah manajemen, atau masalah pasar. Tapi perusahaan datang dan pergi. Hanya perusahaan yang punya daya saing dan bisa menjaga kemampuan melihat peluang usaha yang akan bertahan," kata Bambang, di Jakarta, Jumat 4 Agustus 2017.

Bambang mencontohkan, di negara seperti Amerika Serikat, ada beberapa perusahaan besar yang tidak berdaya menghadapi pesatnya perkembangan zaman. Bahkan, beberapa di antara perusahaan negeri Paman Sam, memutuskan untuk menghentikan usahanya.

Menteri Bambang Sebut Turki Contoh Sukses Kerja Sama Pemerintah-Swasta

Dalam era teknologi saat ini, pola konsumsi masyarakat pun bisa berubah dengan cepat. Apabila perusahaan tidak mampu beradaptasi untuk menciptakan suatu inovasi, mantan menteri keuangan itu menilai, setiap perusahaan akan sulit untuk tetap eksis.

"Saya tidak mau memberikan pendapat (soal Nyonya Meneer) karena saya tidak tahu ceritanya. Tapi, dia usaha datang dan pergi. Dia yang bertahan, adalah perusahaan yang adaptif terhadap perubahan teknologi," katanya.

"Kalau dulu orang beli langsung secara fisik, sekarang membeli online lebih mudah. Kita tidak bisa menyalahkan dunia usaha lesu kalau transaksi tetap berjalan," ujarnya..

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya