Benarkah Ekonomi Melambat? Ini Penjelasan Menko Darmin

Menko Perekonomian Darmin Nasution di Istana Negara, Jakarta.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Rahmat

VIVA.co.id – Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2017 hanya sebesar 5,01 persen, stagnan dibandingkan dengan capaian kuartal sebelumnya. Banyak kalangan berpendapat ini merupakan kecenderungan perlambatan ekonomi Indonesia.

Kemenkeu: Pertumbuhan Ekonomi 2021 yang Dirilis BPS Sesuai Prediksi

Namun, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan saat ini adalah periode yang sangat dinamis, bukan hanya di sektor domestik namun juga secara global. 

"Demikian dinamis sehingga ekonomi global belum pulih benar, untuk bergerak sistemis ke depan," kata Darmin pada Seminar 'Apakah Benar Perekonomian Indonesia Melambat?', di Hotel Borobodur, Jakarta, Senin 14 Agustus 2017.

BPS: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia di 2021 Capai 3,69 Persen

Menurut Darmin, ini (perlambatan ekonomi) di antaranya terjadi lantaran faktor perkembangan yang baru dari teknologi atau pun produk yang berkembang dari teknologi sejak 4-5 tahun yang lalu. 

"Itu masih terus dalam kecepatan yang tinggi dan belum menemukan bentuknya yang sebenarnya," tutur dia. 
 
Namun, kata Darmin, sebetulnya ekonomi yang bergerak dinamis ini juga bukan berarti hanya karena adanya perkembangan ekonomi ke arah ekonomi digital alias e-commerce

BI Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2022 Maksimal 5,5 Persen

Kata Darmin, teknologi memang terus berkembang dan masyarakat tidak ada yang tahu seperti apa perkembangannya dalam 10 tahun ke depan. "Itu belum pasti, kita belum tahu 10 tahun ke depan," ujarnya. 

Lalu, sambung Darmin, jika masyarakat merasakan ada depresiasi atau ketidaksinambungan antara makro dan mikro ekonomi, itu tentu terkumpul dalam berbagai hal. 

Hal ini menurutnya, bukan hanya karena teknologi atau produk-produk yang diturunkan teknologi itu saja. Tetapi, masyarakat Indonesia yang mulai menuju ke arah di mana pola konsumsinya sudah berubah.

"Misalnya, kita di masa kecil, di masa remaja, baju baru itu merasa penting dan membanggakan. Kalau sekarang mungkin tidak demikian. Itu mungkin hubungannya dengan yang lain, seperti rekreasi, gaya hidup yang berbeda dengan beberapa tahun lalu," ujar dia. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya