RI Diminta Waspadai Diskriminasi Dagang Negara-negara Mitra

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Chandra G. Asmara

VIVA.co.id – Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengapresiasi kinerja ekspor dan impor semester I 2017, yang cukup positif. Namun, kinerja yang baik ini diharapkannya tidak justru membuat eksportir Indonesia terlena.

Neraca Perdagangan Januari Surplus, BI: Positif Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi RI

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai ekspor impor Indonesia pada semester I 2017 mengalami surplus sebesar US$7,63 miliar. Dengan rincian total ekspor semester I, capaiannya meningkat 14,03  persen atau sebesar US$79,96 miliar  dan total impor naik 9,6 persen US$72,33 miliar.

"Persaingan demikian ketat," kata Enggartiasto dalam Forum Koordinasi Teknis (FKT) Pengembangan Ekspor Pusat, Daerah, serta Perwakilan Perdagangan di Luar Negeri di Kementerian Perdagangan, Rabu 23 Agustus 2017.

Neraca Perdagangan RI Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi Indonesia

Menurutnya, saat ini sebenarnya banyak negara di dunia yang telah menerapkan pola dagang proteksionisme. Tapi memang, pola tersebut tidak terang-terangan dilakukan. 

"Ini sudah hampir semuanya (proteksionisme). Mereka (negara mitra dagang) secara formal mengatakan mereka menganut perdagangan bebas, perdagangan lintas batas," ujar dia.

Neraca Perdagangan Oktober Surplus, BI: Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

Perlakuan Berbeda

Sebagai contoh, lanjut Enggar, saat ini ada perlakuan berbeda yang dilakukan oleh negara-negara Eropa terhadap komoditi utama Indonesia. Hal itu juga terjadi dalam kerja sama perdagangan RI dengan beberapa negara lainnya. 

"Juga bagaimana India memproteksi dirinya dengan menaikkan tarif 100 persen, ditambah dengan hal-hal lainnya," tutur Enggar.

Meski demikian dia pun mengatakan, Indonesia harus bersikap profesional dalam merespons hal tersebut. Kualitas produk-produk dalam negeri yang menjadi komoditas dagang harus ditingkatkan. 

"Kita tidak boleh membalas dengan vulgar lagi, tapi harus dengan lebih santun. Karena dalam teori marketing kita tidak boleh menuding orang, tapi kita harus tunjukkan produk kita sendiri. Itu yang saya sampaikan pada waktu di Rusia. Saya bilang, kita the biggest and we are the best," ujarnya. (ren)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya