Jalur Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Bisa Susuri Jalan Tol

Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Syaefullah

VIVA.co.id – Presiden Joko Widodo dan sejumlah menteri terkait, bertemu dengan pemerintah Jepang di Istana. Pembahasan yang dilakukan terkait sejumlah proyek yang melibatkan investor dari negeri matahari terbit itu.

Proyek KA Cepat Whoosh Bengkak Rp 18 Triliun, Pemerintah Masih Nego Bunga Utang

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan, setidaknya ada empat proyek yang terkait dengan kementeriannya. Yakni Pelabuhan Patimban, kereta Jakarta-Surabaya, MRT existing hingga ke utara Jakarta, dan proyek east west atau Light Rapid Transit.

Terkait kereta Jakarta-Surabaya, pemerintah tidak mengharapkan kereta cepat. Tetapi medium high speed, dengan kecepatan minimal 160 km per jam. Saat ini, masih dilakukan studi. Terutama mengenai jalurnya. 

Ini Alasan Indonesia Pilih China dalam Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Budi Karya mengakui, studi jalur dilakukan dengan dua kemungkinan. Yakni menggunakan jalur yang existing atau sudah tersedia, atau malah membuat jalur baru. Tetapi kalau jalur existing, kata Budi Karya, komplikasinya sangat banyak.

"Kita memang berpikir untuk punya alternatif di jalur non-existing tapi itu menggunakan jalur-jalur katakanlah jalan tol dan sebagainya. Sehingga bisa lebih murah dan lebih cepat," jelas Budi Karya, di Istana Negara, Jakarta, Selasa 5 September 2017.

Menhub Tinjau Lokasi Calon Bandara Penunjang Ibu Kota Baru

Namun menurut dia, kalau kereta Jakarta-Surabaya bisa juga menggunakan jalur sendiri, agar kecepatannya bisa maksimal. Mengingat jauh dari kepentingan masyarakat.

"Dari segi kecepatan, jalur sendiri akan memberikan suatu kecepatan yang lebih baik. Karena tidak ada komplikasi masalah-masalah tanah," katanya.

Maka, pihaknya lebih condong untuk kereta Jakarta-Surabaya, tidak menggunakan jalur yang sudah ada. Tetapi membuat jalur baru. 

"Jadi kita punya preferensi tidak di jalur existing Jakarta-Surabaya," katanya.

Untuk memutuskan apakah menggunakan jalur existing atau jalur baru, Budi Karya mengatakan masih menunggu studi yang diperkirakan rampung bulan ini.

"Kita mungkin pada satu bulan ini akan finalisasi di jalur existing atau di jalur yang tidak existing," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya