Di Mal, Masyarakat Lebih Suka Kuliner Dibanding Belanja

Ilustrasi belanja kuliner.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Linda Hasibuan

VIVA.co.id – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas menilai, melemahnya ritel konvensional dalam beberapa tahun terakhir, terjadi karena ada pergeseran pola belanja. Masyarakat yang cenderung lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya, juga menjadi alasan.

Jumlah Pemudik Lebaran 2024 Capai 193,6 juta, Airlangga: Ada Andil Terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Kementerian PPN/Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, menjabarkan secara rinci beberapa faktor yang membuat industri ritel konvensional terpukul. Salah satunya, adalah perubahan stigma masyarakat yang menganggap mal tidak lagi sebagai pusat perbelanjaan.

“Sekarang orang ke mal tujuan utama pada umumnya untuk kuliner. Mal yang menyediakan variasi makanan banyak akan laris. Kalau mau belanja barang branded, mereka belanja di luar negeri sekalian biasanya,” kata Amalia, melalui pesan singkatnya kepada VIVA.co.id, di Jakarta, Jumat 29 September 2017.

Bappenas Bantah Rumor Peleburan KPK dengan Ombudsman

Selain itu, pengeluaran masyarakat saat ini lebih terukur, untuk mencapai suatu keinginan tertentu. Bappenas menyebut, beberapa kalangan menengah ke bawah sudah menganggap keperluan berlibur menjadi suatu kebutuhan, yang memang harus dilakukan.

“Masyarakat kita juga sudah mulai bergeser untuk menambah pengeluaran di leisure  (kenyamanan). Beberapa pengeluaran untuk pembelian barang-barang yang kurang penting, mereka kurangi,” katanya.

Kebutuhan Green Job 2030 Diproyeksikan Capai 4,4 Juta, Prakerja Siapkan Pelatihan Green Skills

Belum lagi, dia melanjutkan, kondisi ini ditambah dengan pergeseran pola belanja masyarakat yang cenderung mengarah pada belanja online. Bahkan, tak sedikit di antara mereka lebih memilih berbelanja di pusat perbelanjaan skala menengah seperti minimarket maupun pusat perbelanjaan sejenisnya.

Maka dari itu, industri ritel diharapkan bisa semakin beradaptasi dengan perubahan gaya berbelanja masyarakat. Industri ritel, terutama yang konvensional, pun harus bisa membaca indikasi perubahan gaya berbelanja masyarakat, agar mampu merencanakan strategi yang tepat.

“Industri harus semakin adaptif terhadap kebutuhan dan gaya belanja konsumen Indonesia. Sediakan delivery service yang memadai dan cepat tanggap, belanja melalui aplikasi, dan manjakan konsumen dengan teknologi,” katanya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya