2017, Penduduk Miskin Turun Jadi 10%

Ilustrasi kesenjangan di kota besar.
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat persentase penduduk miskin September 2017 turun menjadi 10,12 persen dari survei terakhir pada Maret 2017 yang sebesar 10,64 persen. Penurunan ini disebut paling cepat dibanding penurunan dalam tujuh tahun terakhir.

Indef Kritik Kebijakan Bansos: Anggaran Naik Terus, Kemiskinan Cuma Turun 2,3 Persen Sejak 2010

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan secara jumlah, penduduk miskin pada September 2017 turun sebesar 1,19 juta menjadi 26,58 juta orang dari sebelumnya pada maret 2017 sebesar 27,77 juta orang.

"Pada September 2017, persentase penduduk miskin di Indonesia adalah 10,12 persen. Trennya sejak Maret 2011 turun kemudian pada September 2017 ini pencapaiannya merupakan yang paling bagus di mana penurunannya lebih cepat dibanding tujuh tahun terakhir sejak 2011. Persentase penduduk miskin turun 0,52 persen poin," kata Suhariyanto di kantornya, Selasa 2 Januari 2017.

Jumlah Penduduk Miskin Belum Kembali ke Level Pra-Pandemi, Pengamat: PR Besar Pemerintah

Ia menjelaskan metode yang digunakan BPS tidak berubah sejak 1998 di mana  konsep yang digunakan adalah basic needs approach atau konsep kebutuhan dasar. Penduduk miskin dianggap miskin jikalau pengeluaran per kapitanya di bawah garis kemiskinan.

"Ini capaian menggembirakan dari sisi jumlah penduduk miskin dan persentase," katanya.

Pilpres 2024, Prabowo dan Anies Dianggap belum Selevel dengan Ganjar

Dilanjutkannya, persentase penduduk miskin di wilayah perdesaan masih lebih tinggi ketimbang perkotaan, di mana pada september 2017 penduduk miskin di desa sebesar 13,47 persen sedangkan di kota sebesar 7,26 persen.

"Jadi persoalan kemiskinan di desa jauh lebih kritikal dibanding di kota," kata dia.

Menurutnya, faktor yang berpengaruh kepada penurunan jumlah penduduk miskin selama Maret-September 2017 diantaranya yang pertama, adalah terkendalinya inflasi sejak Maret hingga September 2017.

"Ketika inflasi bergerak liar kemudian komoditasnya digerakkan oleh komoditas pokok yang jadi kebutuhan dasar seperti beras, tentu kemiskinan meningkat. Tapi, ini terkendali," ujar dia.

Kemudian faktor kedua adalah upah buruh tani baik riil atau nominal yang mengalami kenaikan. Hal ini akan berdampak baik kepada penurunan angka kemiskinan. Sementara itu upah buruh bangunan tercatat selama Maret hingga September 2017 upah nominalnya naik, sementara secara riil turun.

"Mayoritas penduduk miskin bekerja di pertanian, jadi kenaikan upah ini akan berdampak ke penduduk miskin," ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya