AS Tawarkan Resep Cegah Orang Jadi Calon Teroris

Baku tembak polisi versus pelaku peledakan bom Sarinah
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ikhwan Yanuar

VIVA – Terorisme saat ini masih menjadi ancaman bagi dunia secara global. Bahkan negara-negara di Asia Tenggara termasuk di dalamnya Filipina, Malaysia dan Indonesia juga rentan menjadi tempat "bibit persemaian" paham-paham radikal yang bisa berujung pada terorisme.

Bantu Perangi Terorisme di Afrika, Adakah Niat Terselubung Amerika?

Direktur Lembaga Countering Violent Extremism Amerika Serikat, Irfan Saeed, menjelaskan konsep counter violent extremism atau CVE. Bagi dia, cara ini tidak sama dengan konsep antiterorisme.

Melalui teleconference dengan sejumlah wartawan di Asia Tenggara termasuk VIVA pada Rabu malam, 11 April 2018, Saeed yang berkomunikasi langsung dari AS menyatakan bahwa konsep ini bisa diterapkan dengan aktor-aktor yang paling penting di dalamnya, yaitu komunitas, masyarakat lokal dan pemerintah setempat. 

Pemkab Tangerang Benarkan PNS Mereka Ditangkap Densus

Tak sama dengan konsep antiterorisme yang artinya memberantas aksi teror yang terjadi, maka CVE adalah ibarat melakukan intervensi sebagai bentuk pencegahan pada saat teroris masih akan melakukan aksi terorisme.

Termasuk di dalamnya ketika mengidentifikasi orang-orang tertentu di sekitar yang menunjukkan kecenderungan ketat pada paham ajaran tertentu. Pula penting mengidentifikasi adanya perubahan perilaku. Orang-orang di sekitarnya harus mencoba menarik calon teroris dari jalan yang salah kaprah itu atau melaporkan hal-hal tak biasa kepada pihak yang berwajib.

IDI Sukoharjo Minta Kasus Sunardi Tak Dikaitan dengan Profesi Dokter

"Oleh karena itu mengintervensi sebelum aksi terorisme akhirnya bisa terjadi," kata Irfan Saeed.

Dia mengatakan, ancaman terorisme belum akan berakhir dan akan terus mencari celah dan tempat untuk mendapatkan orang-orang baru yang bisa dimanfaatkan. Namun kepedulian komunitas dan orang-orang di sekitar calon rekrutan teroris akan menyelamatkan mereka.

"Karena kita sebenarnya bisa mengidentifikasi siapa saja yang sedang menjadi bagian di dalamnya. Kita itu bisa orangtua, keluarga, teman. Tinggal peduli dan membuka mata," kata dia lagi. 

Identifikasi Tempat Penyebaran

Dia melanjutkan, masyarakat juga perlu mengetahui figur dan tempat-tempat yang sebenarnya bisa menjadi tempat penyebaran dan cuci otak bagi calon teroris. Dengan demikian, proses perekrutan bisa dihempang dan "bibit-bibit" teroris bisa dihentikan pertumbuhannya.

Saeed menjelaskan, selama ini ada anggapan bahwa terorisme berkembang akibat kemiskinan dan ketimpangan. Padahal tak ada kepastian yang benar-benar membuktikan hubungan sebab akibat itu. Buktinya kata dia, tak satu dua orang teroris yang diketahui sebenarnya memiliki kehidupan yang baik, pendidikan tinggi bahkan ada yang berasal dari keluarga berada.

"Tak ada korelasi langsung antara kemiskinan dan terorisme, kalau kemiskinan jadi salah satu faktor ya itu bisa," kata diplomat yang pernah bertugas di Islamabad, Pakistan tersebut. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya