Pekerja Bantah Laboratorium Suriah Produksi Senjata Kimia

Serangan Rudal Amerika Serikat ke Suriah
Sumber :
  • Ford Williams/Courtesy U.S. Navy/Handout via REUTERS

VIVA – Sarung tangan plastik dan masker wajah bertebaran di antara puing-puing sebuah laboratorium penelitian di Suriah yang dihancurkan oleh serangan Barat. Laboratorium tersebut diduga menjadi tempat pengembangan senjata kimia Suriah.

Terpopuler: Deretan Negara Bantu Israel, Pendeta Gilbert Dilarang ke Makassar hingga Iran Diserang

Sabtu akhir pekan lalu, Amerika Serikat, Inggris dan Prancis meluncurkan serangkaian serangan di sekitar wilayah Damaskus, Suriah. Serangan bertujuan untuk memusnahkan program senjata kimia pemerintah Suriah. Satu kompleks gedung bertingkat di distrik utara ibu kota Barzeh, hancur menjadi puing-puing usai serangan itu.

Atap-atap gedung berlubang dan beberapa dinding dalam kondisi hampir hancur. Bahkan, beberapa jam setelah serangan selesai, gumpalan asap masih membumbung dari gedung. Bau terbakar masih menggantung di udara.

Daftar Negara Sekutu Iran yang Siap Bantu Jika Perang Terjadi, Ada China hingga Rusia

"Bangunan itu memiliki tiga lantai: lantai dasar, lantai satu dan lantai dua. Gedung itu memiliki laboratorium, di mana semua peralatan dan furnitur sudah hancur. Alhamdulliah, tidak ada orang di sini," kata Said Said, yang mengaku menjabat sebagai Kepala Departemen Cat dan Plastik.

Serangan Barat yang diluncurkan menggunakan rudal jelajah dan rudal udara, menghantam Suriah sekitar pukul 04.00 waktu setempat, pada Sabtu lalu, mengguncang penduduk di dekat ibu kota.

Ledakan Terdengar di Irak hingga Suriah Imbas Serangan Israel ke Iran

"Kami yakin bahwa dengan menyerang Barzeh secara khusus, kami telah menyerang jantung program senjata kimia Suriah," kata Letnan Jenderal Kenneth McKenzie di Pentagon, sebagaimana dilansir South China Morning Post.

Namun hal ini dibantah oleh Said. Menurut dia, gedung itu hanya berisi laboratorium penelitian dan pengembangan yang tidak mematikan. "Ketika kami bekerja di penelitian farmasi dan kimia sipil, kami tidak menyangka akan diserang," kata Said.

Menurut dia, pusat laboratorium itu justru memproduksi obat penawar menggunakan racun kalajengking dan ular, termasuk menjalankan tes pada produk kimia yang digunakan dalam pembuatan makanan, obat-obatan dan mainan anak-anak.

"Jika ada senjata kimia, kami tidak akan bisa berdiri di sini. Tapi buktinya kami baik-baik saja," ujarnya.

Dia  mengatakan, Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia (OPCW) telah berkunjung ke situs di Barzeh, dalam beberapa tahun terakhir dan menyatakan wilayah itu bebas dari senjata beracun.

"OPCW datang ke sini dan menggunakan laboratorium, kami bekerja sama sepenuhnya dengan mereka. OPCW telah membuktikan dalam dua laporan bahwa gedung ini secara keseluruhan tidak menghasilkan senjata kimia," ujarnya. (mus)
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya