Logo DW

Apakah Protes Hong Kong Peringatan Bagi Taiwan Jauhi Komunis China

Reuters/T. Siu
Reuters/T. Siu
Sumber :
  • dw

Sekalipun ada penyerbuan geng kriminal pro Beijing dan peringatan keras polisi, warga Hong Kong tetap menggelar aksi protes menuntut hak-hak demokratisnya yang dijamin oleh Konstitusi Hong Kong.

Ketika Cina mengambil alih kembali kekuasaan di Hong Kong dari Inggris tahun 1997, Beijing memang berjanji menerapkan prinsip "satu negara dua sistem" selama 50 tahun. Maksudnya, sistem di Cina daratan tetap menerapkan sistem otoriter dengan kekuasaan tunggal Partai Komunis Cina, sedangkan Hong Kong dijamin akan tetap "demokratis" dengan hak-hak yang dinikmati warganya selama berada di bawah kekuasaan Inggris.

Aksi protes belakangan ini yang dimulai sebagai protes terhadap RUU Ekstradisi yang kontroversial, kini meluas menjadi protes terhadap aparat keamanan, yang dituduh membiarkan geng-geng kriminal menyerbu dan memukuli peserta protes dengan brutal akhir minggu lalu. Bahkan ada yang menuduh polisi berkolaborasi dengan anggota geng.

Kondisi di Hong Kong jadi pelajaran bagi Taiwan

Presiden Taiwan Tsai Ing-wen, sejak awal pecahnya gerakan protes di Hong Kong telah berulang kali menyatakan dukungan bagi aksi itu di berbagai platform media sosial. Ternyata, sebagian besar warga Taiwan menyambut baik sikap presidennya itu. Popularitas Presiden Tsai Ing-wen dari Partai Progresif Demokratik DPP meningkat sampai 10 persen dari sebelumnya.

Menteri luar negeri Taiwan, Joseph Wu, mengutuk kekerasan yang terjadi terhadap pengunjuk rasa dan menekankan bahwa "jalan ke depan adalah dengan pemilihan demokratis sejati".

Selama ini, memang ada sebagian warga Taiwan yang mengusulkan penyatuan kembali dengan Cina dengan menerapkan prinsip "satu negara dua sistem" seperti di Hong Kong. Namun perkembangan akhir-akhir ini ibaratnya jadi peringatan keras bagi banyak orang di Taiwan, apa yang akan terjadi seandainya Taiwan menjadi bagian dari Cina.