Muhammad Farhan, WNI Terakhir yang Diculik Abu Sayyaf Akhirnya Bebas

Nelayan Indonesia Muhammad Farhan yang selamat dari Abu Sayyaf.
Sumber :
  • https://news.abs-cbn.com/

VIVA – Militer Filipina berhasil menyelamatkan seorang nelayan warga negara Indonesia (WNI) bernama Muhammad Farhan (27) yang diculik Abu Sayyaf. Farhan adalah tawanan terakhir asal Indonesia yang diselamatkan di kota Indanan, Sulu, Filipina Selatan, Rabu malam, 15 Januari 2020.

Farhan DPR: Laksamana Yudo Dapat Tugas 'Kawal' Prabowo usai Dilantik Jadi Panglima TNI

Panglima Komando Militer Wilayah Mindanao Barat, Letnan Jenderal Cirilito Sobejana, mengatakan bahwa mereka menyelamatkan Muhammad Farhan di Barangay Bato-Bato setelah mereka menerima informasi dari penduduk setempat tentang keberadaan orang Indonesia.

"Kami menerima laporan dari penduduk setempat bahwa ada orang yang mencurigakan sedang bepergian dan tidak bisa berbicara Tausug. Mereka pun curiga bahwa orang yang dimaksud adalah korban penculikan. Jadi penduduk langsung melapor ke kami, dan segera tentara kami pergi ke daerah itu," kata Sobejana, seperti dikutip dari News.abs-cbn.com, Kamis, 16 Januari 2020.

Anggota DPR Kenang Kebaikan dan Kesederhanaan Eril yang Patut Dicontoh

Baca: Dua nelayan WNI lolos dari Abu Sayyaf

Sebelum diselamatkan, Muhammad Farhan dikabarkan telah melarikan diri dari Abu Sayyaf dua hari lalu di Kagay, Indanan dan berlari selama beberapa jam sampai ia mencapai Barangay Bato-Bato.

DPR Ingatkan Hati-hati Sikapi Pernyataan Menteri Keuangan AS

Ia kemudian dibawa ke Rumah Sakit Umum Stasiun Teodulfo Bautista Kuta untuk pemeriksaan medis sebelum diterbangkan ke Rumah Sakit Umum Camp Navarro untuk perawatan lebih lanjut dan tanya jawab. "Kami sangat senang dengan pencapaian luar biasa ini," ungkap Sobejana.

Muhammad Farhan diculik oleh Abu Sayyaf pada September 2019 bersama dengan dua nelayan asal Indonesia lainnya, Marahudin Lunani (48) dan Samiun Maneu (27), di perairan Malaysia dekat ujung selatan Mindanao, Filipina Selatan.

Lunani dan Maneu diselamatkan pada Desember 2019 dalam baku tembak antara Abu Sayyaf dengan militer Filipina, yang menewaskan seorang tentara dan teroris itu.

Sobejana menuturkan bahwa operasi militer ini merupakan bagian dari upaya Angkatan Bersenjata Filipina untuk memenuhi target Presiden Rodrigo Duterte dalam 'menetralisir' kekuatan Abu Sayyaf.

"Kami juga menargetkan dua pemimpin kunci Abu Sayyaf, yaitu Hatib Hajan Sawadjaan dan Radullan Sahiron," tegas dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya