Logo DW

Baca Ini Dulu Sebelum Memulai Karier Sebagai Influencer

Reuters/T. Adelaja
Reuters/T. Adelaja
Sumber :
  • dw

Zayid berusia 13 tahun, tinggal di Depok dan bercita-cita menjadi seorang YouTuber. Ayahnya adalah akuntan untuk perusahaan yang memasok bawang ke Jabodetabek. Zayid enggan mengikuti karier ayahnya. Menurutnya menjadi YouTuber lebih cepat dan lebih mudah untuk menghasilkan pundi-pundi uang dibandingkan menjadi pegawai di perusahaan.

Zayid bukan satu-satunya remaja tanggung yang berpikir menjadi influencer adalah pekerjaan yang menjanjikan di masa kini. Ada ratusan bahkan ribuan anak generasi Y dan Z berlomba-lomba membuat konten kreatif dan mengunggahnya ke internet dengan harapan mendapat keuntungan darinya.

Sebutlah orang-orang seperti Ria Ricis, Kekeyi, Atta Halilintar atau Baim Wong sebagai YouTuber yang menginspirasi para remaja tanggung yang berusaha mendapatkan uang melalui media sosial.

Tapi apakah benar menjadi 'influencer' di media sosial bisa bisa meraup keuntungan. Memangnya bagaimana prospek pekerjaansebagai influencer? tulisan ini mengupas sistem kerja selebriti di media sosial dan sistem yang menyertainya.

Kita semua adalah billboard

Terkenal, terpandang dan banyak uang adalah dambaan setiap orang. Uang mengerakkan peradaban manusia sejak era perniagaan, agraris hingga industri. Jika kita mengenal produk sebagai barang dan jasa, maka periklanan atau penjualan menjadi salah satu cara untuk memperkenalkan barang dan jasa.

Memiliki akun virtual media sosial bukan lagi menjadi barang asing dalam peradaban digital pada hari ini. Setiap akun-akun personal yang kita miliki di media sosial ternyata telah menjadikan kita buruh sekaligus konsumen bagi pemilik platform dan pengiklan.