Logo DW

Menjadi Ayah Rumah Tangga: Pergeseran Peran Suami-Istri?

picture-alliance/dpa/M. Skolimowska
picture-alliance/dpa/M. Skolimowska
Sumber :
  • dw

Stefan menambahkan ia selalu siap untuk menangani anak sendiri supaya istrinya juga punya waktu buat dia sendiri,”Supaya tetap aktif, belajar hal-hal baru, tetap kreatif dan mencoba untuk selalu mencari inspirasi buat kreatif. Ibu saya sendiri orang Jerman dan dia sangat independen, sangat bekerja keras. Menurut saya dari dulu selalu perempuan punya kesempatan yang sangat besar untuk mencapai apa yang mereka mau, tidak pernah ada halangan. Apalagi anak saya perempuan jadi saya sangat mendukung apapun untuk ia berkembang,“ ujar Stefan yang juga merupakan vlogger YouTube, Papa di Jerman.

“Kalau pekerjaan ganti popok, mengurus anak, dari dulu kan kesannya itu cuma pekerjaan ibu ya, atau mungkin ada asisten yang bantu. Menurut saya, bapak harus lebih aktif untuk turun tangan, berani kotor mandiin anak, ya ganti popok dan bawa anak jalan, aktif ajak dia main,“ tambah Stefan yang kini juga sangat mendukung niat istrinya, Canari yang ingin mengembangkan keahlian di bidang teknik dengan studi di malam hari. Ia juga tidak berkeberatan menjadi bapak rumah tangga, sebagaimana Alfred dan Alex.

Tren menjadi bapak rumah tangga
Hampir 30 persen lelaki Jerman mengambil cuti untuk ayah yang baru punya anak. Dan banyak di antaranya yang memilih untuk terus menjadi bapak rumah tangga.

Entah karena cuti ayah, pekerjaan lepas atau istrinya yang menjadi pencari nafkah keluarga semakin banyak ayah memilih untuk tinggal di rumah mengurus anak-anak.

Di Prenzlauer Berg, Berlin, Jerman, bahkan sejak tahun 2007 didirikan Pusat Ayah (Väterzentrum). Pendirinya adalah Eberhard Schäfer. Selain mengkoordinasikan beragam aktivitas ayah dan anak, Väterzentrum berfungsi sebagai pusat berkumpul para ayah yang membutuhkan dukungan empati dengan inisiatif seperti acara mingguan, Papa-Laden. Di sini mereka bisa saling tukar pengalaman dan berbagi informasi.

Dikutip dari exberliner, menurut penelitian yang dilakukan Allensbach Institute for Opinion Research (IfD) tahun 2016, hanya 17 persen pasangan di Jerman masih mengikuti model stereotipe di mana ibu yang dianggap berbakti adalah yang mengganti setiap popok, memasak, menyeka hidung yang beringus, dan membuat janji mulai dari pemeriksaan dokter hingga tukang ledeng.

Suaminya, pencari nafkah, sama sekali absen dari kehidupan sehari-hari anak-anak. Dalam laporan itu disebutkan tampaknya model itu mengalami perubahan. Bahkan, beberapa pria telah memilih untuk menjadi "househusband" alias ayah rumah tangga.