Logo DW

Mereka yang Mendamba 'Rumah Surga' di Ibu Kota Jerman

IWFZ e.V
IWFZ e.V
Sumber :
  • dw

Di sebuah sudut di distrik Wedding-Moabit di ibu kota Jerman, Berlin, terdapat sebuah masjid yang dikelola komunitas Indonesia Iindonesischer Weisheits- & Kulturzentrum IWKZ e.V.). Namanya Masjid Al-Falah. Dirintis sejak tahun 1986, masjid ini menjadi salah satu pusat kegiatan umat muslim Indonesia di Berlin. Ketua komunitasnya, Muhammad Ihsan Karimi bercerita meskipun menjadi komunitas minoritas, komunitas ini punya peran penting dalam membangun toleransi di Jerman.

“Di masjid Indonesia ini ada layanan bidang pendidikan, kebudayaan, sosial, layanan masyarakat yang dalam kegiatan itu kita mengejawantahkan kehidupan bertoleransi. Terus aktif di dialog antaragama contohnya kegiatan yang mengundang narasumber dari komunitas Muslim, Kristen dan Yahudi dan pesertanya juga datang dari berbagai kalangan keagamaan.” ujar Karimi.

Salah satu contohnya adalah berdiskusi tentang peran Sarah, yang merupakan istri Nabi Ibrahim. Masing-masing narasumber menceritakan bagaimana sosoknya ini dari perspektif agama masing-masing, tutur Karimi. “Jadi, misalnya saya sebagai seorang Muslim, saya jadi tahu bagaimana sih sosok Sarah dari agama Kristen dan Yahudi.”

Karimi bercerita, bukan hanya pengembangan bidang religius, yang juga dikembangkan komunitas masjid ini adalah bagaimana penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya membantu sesama dari berbagai agama lainnya dalam mencarikan tempat tinggal, mengingat relatif sulit dalam memperoleh rumah atau kamar di Kota Berlin yang dari hari ke hari makin padat ini. Selain itu juga bersama komunitas-komunitas agama lainnya sudah bertahun-tahun mereka bahu-membahu membantu para tunawisma di ibu kota Jerman.

“Kolaborasi ini berada di dalam platform yang isinya organisasi-organisasi lintas agama, lintas ras. Namanya Bagerplattformen. Jadi Bagerplattformen ini simpelnya adalah pelaksanaan kerja sama antarwarga masyarakat jadi kita saling mengenal, memperjuangkan nilai yang sama. Misalnya, membantu tunawisma-tunawisma supaya mereka bisa mendapatkan tempat tinggal ketika musim dingin, kasihan mereka suka tidur di jalan,” papar Karimi lebih lanjut.

Bersama komunitas agama lain, komunitas Muslim Indonesia di kawasan ini juga kerap mendampingi imigran dalam berurusan ke kantor imigrasi, tanpa memandang apa pun latar belakang agamanya. “Kami membantu para imigran-imigran supaya mereka dalam berurusan di kantor imigrasi bisa mendapatkan hak-haknya sebagaimana mestinya.”

Salah seorang jemaah masjid ini Nurry M. Raraswati menceritakan bersyukur ketika pertama kali datang ke Berlin sebagai calon mahasiswa di Studienkolleg hingga menyelesaikan pendidikan master terbantu oleh adanya komunitas ini. “Komunitas ini menjadi tempat pelayanan masyarakat serta menjadi jembatan dialog antara komunitas Indonesia dengan komunitas Jerman di kota Berlin ini. Kegiatan ada kajian mingguan seperti Majelis Ilmu ibu-ibu Pengajian Ummul Falah, Majelis Ilmu Bapak-bapak Pengajian Al-Hisab, ada juga Taman Al-Qur’an Anak-Anak, TPA Ceria Al-Falah. Kajian bulanan dan tahunan juga banyak, seperti pengajian bulanan yang dihadiri seluruh jemaah," tutur Nurry.