Logo DW

Kala Cinta Tak Memandang Ideologi, Komunis dan Kapitalis Jalin Bahtera Rumah Tangga

picture-alliance/AP Images/P. Semansky
picture-alliance/AP Images/P. Semansky
Sumber :
  • dw

Lebih 70 persen dari 33 ribu warga Korea Utara yang dilaporkan membelot ke Korea Selatan adalah perempuan. Angka ini menunjukkan bahwa pemerintah Korea Utara cenderung lebih mengawasi gerak-gerik kaum pria di sana.

Setibanya di Korea Selatan, banyak perempuan Korea Utara ini kemudian memutuskan menikah dengan pria Korea Selatan, salah satunya Kim Seo-yun (33). Kim kabur dari Korea Utara satu dekade lalu. Statusnya sebagai pembelot Korea Utara kadang membuatnya merasa malu. Tak jarang ia menghadapi perlakuan diskriminatif.

Suami Kim, Lee Jeong-sup (32), melamar Kim pada bulan Mei lalu. Kemudian mereka melangsungkan pernikahan satu bulan setelahnya di Seoul. Keluarga Kim yang berada di Korea Utara jelas tidak bisa hadir.

“Di Korea Selatan, suami adalah segalanya bagi saya. Saya tidak punya orang lain di sini. Dia mengatakan kepada saya bahwa dia tidak hanya menjadi suami saya melainkan juga orang tua saya,” ujar Kim.

Lee pun berpendapat bahwa tidak ada yang salah dengan datang dari Korea Utara.

“Ketika saya berbicara dengannya, saya merasa kami bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih serius,“ ungkap Lee. “Apakah dia berasal dari Korea Utara bukan suatu masalah besar. Saya mengatakan kepadanya saya tidak keberatan selama dia tidak pernah menikah sebelumnya, mempunyai anak terlarang, atau catatan kriminal.“

Belum ada angka pasti berapa jumlah pembelot Korea Utara yang menikah dengan pria Korea Selatan. Namun, berdasarkan hasil survei pada tahun 2019 yang didanai pemerintah Korsel, 43 persen dari mereka yang kabur dari Korea Utara menikah dengan pria Korea Selatan. Presentase ini meningkat 19 persen dibandingkan angka tahun 2011.