Ini Langkah RI Kurangi Korban Pencari Suaka di Laut

Kamp detensi imigran pencari suaka di Pulau Manus, Papua Nugini
Sumber :
  • Doc. Refugee Action Coalition
VIVAnews -
5 Makanan yang Bisa Menurunkan Kadar Gula Darah untuk Penderita Diabetes
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa memaparkan langkah-langkah untuk meminimalisasi jatuhnya korban jiwa para pencari suaka di laut yang berupaya menyeberang ke Benua Australia.

Persib vs Bhayangkara FC Imbang, Begini Komentar Bojan Hodak

Berbicara saat pembukaan lokakarya internasional bertajuk "Protection Irregular Movement Persons at Sea" di Kementerian Luar Negeri pada Senin, 21 April 2014, Marty mengatakan bahwa langkah pertama meminimalisasi jatuhnya korban adalah meningkatkan operasi SAR.
Golkar: Kabinet Tidak Boleh Dibatasi karena Prerogatif Presiden


"Langkah pertama, kita semua harus mengidentifikasi cara-cara meningkatkan kapasitas operasi SAR demi menghindari jatuhnya korban jiwa yang lebih banyak di laut. Kedua, kita semua harus membantu untuk meningkatkan sistem pengelolaan migrasi yang berorientasi perlindungan," kata Marty.


Hal itu, lanjut dia, dapat membantu mendukung upaya berbagai negara demi mengurangi kemungkinan jatuhnya korban jiwa di laut. "Ketiga, semua negara harus mengerahkan sumber daya yang mereka miliki demi efisiensi manajemen migrasi dan perlindungan terhadap korban penyelundupan manusia," kata dia.


Marty mengatakan bahwa masalah penyelundupan manusia membutuhkan pendekatan yang bersifat komprehensif baik di tingkat nasional, regional, dan global. Lokakarya ini juga dapat dijadikan ajang berbagi tanggung jawab sehingga dapat dijadikan landasan bagi kerjasama semua negara peserta di tingkat regional dan internasional.


Lokakarya ini dihadiri 63 delegasi dari 16 negara dan tiga organisasi internasional. Apabila dalam acara tahun 2013, delegasi asal Iran tidak hadir, maka di tahun ini mereka memenuhi undangan RI.


Ratusan Pencari Suaka Tewas di Australia

Menurut Marty, negara-negara yang hadir merupakan negara asal, transit dan tujuan para penyelundup manusia. Namun, dia menolak apabila kalimat yang disampaikannya saat pembukaan lokakarya itu, ditujukan secara khusus kepada Australia.


Sebab, Pemerintah Australia justru malah memberlakukan kebijakan mendorong balik perahu ke perairan Indonesia secara sepihak.


"Pernyataan itu (semua negara harus mengedepankan pilar perlindungan terhadap korban penyelundupan manusia), tidak secara langsung diarahkan kepada Australia. Kalimat tersebut ditujukan kepada kita semua dan negara peserta lokakarya ini. Kita tidak perlu melibatkan unsur politik dalam hal ini," ujar Marty.


Menurut data dari laman berita Australia,
SBS
, antara tahun 2000 dan 2007, sebanyak 746 pencari suaka dilaporkan tewas. Sebanyak 363 pencari suaka meregang nyawa saat tengah berlayar menuju ke Negeri Kanguru menggunakan perahu dan 350 orang dianggap tewas karena masih dinyatakan hilang di laut.


Sementara 22 lainnya tewas di kamp detensi dan 11 lainnya tewas saat tengah dikembalikan ke Afganistan. Mereka yang dikembalikan ke negara asal, dilaporkan tewas akibat dibunuh dan diisukan menjadi mata-mata bagi Australia.


Angka kematian para pencari suaka menurut data SBS kian meningkat pada periode antara tahun 2008 dan Juli 2013. Saat itu, sebanyak 877 pencari suaka dilaporkan tewas, di mana 15 di antaranya tewas di kamp detensi.


Sehingga, apabila dikurangi dengan jumlah pencari suaka yang tewas di kamp detensi, sebanyak 862 di antaranya meninggal saat berlayar ke Negeri Kanguru. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya