8 April, Tenggat Pembayaran Tebusan Sandera Abu Sayyaf

Kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina Selatan.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Istimewa

VIVA.co.id – Kelompok milisi Abu Sayyaf sudah memperbaharui tenggat pemberian tebusan untuk pembebasan 10 Warga Negara Indonesia (WNI), awak kapal Tugboat Brahma 12, yang menjadi sandera mereka. 

Kaleidoskop 2021: Lonjakan COVID-19, KRI Nanggala hingga Herry Cabul

Dalam tuntutan terbarunya, seperti dilansir media Filipina, Inquirer, .

Menanggapi adanya batas akhir tebusan pada 10 WNI itu, militer Filipina menegaskan bahwa kebijakan untuk tidak memberikan tebusan, tetap berlaku.

Ternyata TNI Ikut Terlibat Selamatkan 4 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Namun ternyata, batas akhir pembayaran tebusan ini tak hanya berlaku untuk sandera WNI. Saat ini, Abu Sayyaf juga diketahui sedang menyandera dua warga Kanada dan seorang Norwegia.

Dalam sebuah video yang diunggah akun Reclaim Australia Victoria inc. di Facebook, terlihat beberapa milisi bersenjata yang mengklaim diri sebagai kelompok Abu Sayyaf dan berada di Pulau Jolo, Filipina, sedang mengancam tiga warga asing dan seorang perempuan dengan todongan senjata dan sebuah golok.

Anggota DPR Respons Penyelamatan 3 WNI yang Diculik Abu Sayyaf

Di video itu, kelompok ini juga menyebut adanya batas akhir 8 April 2016, bagi pemerintah Filipina dan negara asal ketiga warga asing ini untuk memenuhi tuntutan mereka.

Ketiga orang asing yang diculik oleh kelompok Abu Sayyaf ini mengidentifikasi diri mereka sebagai John Ridsdel, Robert Hall dan Kjartan Sekkingstad.

John dan Robert diketahui sebagai warga negara Kanada dan Kjartan berasal dari Norwegia. 

"Untuk Perdana Menteri Kanada dan kepada orang-orang Kanada di dunia, silakan lakukan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan mereka, dalam waktu satu bulan atau mereka akan membunuh saya. Mereka akan mengeksekusi kami," ujar John Ridsdel, di video yang diunggah 12 Maret 2016 lalu itu.

Sedangkan pria yang menyebut dirinya sebagai Robert Hall, mengaku tidak tahu berapa banyak uang yang dituntut kelompok ini. Tapi, dia meminta Pemerintah Kanada untuk bertindak cepat. "Pemerintah Kanada harus melakukan segala upaya untuk mengeluarkan kami dari sini secepat mungkin, kalian punya waktu satu bulan," katanya.

Sementara Kjartan menjelaskan bahwa video itu merupakan pesan terakhir yang akan dikeluarkan kelompok ini untuk meminta tebusan.

"Ini adalah pesan terakhir mereka untuk meminta tebusan pada pihak otoritas. Ikuti permintaan mereka dalam waktu 30 hari atau kami semua akan mati," ungkapnya.

Selanjutnya, seorang dari kelompok milisi ini menyerukan agar para keluarga segera memenuhi tuntutan mereka sejak video itu dibuat pada 8 Maret 2016 lalu. "Jika dalam waktu 30 hari, yaitu 8 April 2016, jika kebijakan yang dikeluarkan lebih penting dari nyawa para sandera, maka kami akan melakukan sesuatu yang buruk terhadap para sandera," tegas pria yang mengenakan topeng sebo ini.

Berdasarkan penelusuran, warga Kanada dan Norwegia ini sudah disandera sejak September tahun lalu. Video tuntutan ini juga merupakan yang ketiga kalinya dirilis kelompok milisi tersebut, sejak mereka menyandera John Ridsdel, Robert Hall dan Kjartan Sekkingstad.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya