Diam-diam, Yahoo Lacak Email Pelanggan

Kantor Yahoo
Sumber :
  • REUTERS/Denis Balibouse

VIVA.co.id – Perusahaan internet multinasional Yahoo Inc diam-diam membangun sebuah program perangkat lunak untuk melacak semua surat elektronik atau email pelanggan, tahun lalu. Informasi dari pelacakan tersebut guna diberikan kepada pejabat intelijen Amerika Serikat. Hal itu diungkapkan sumber-sumber yang dekat dengan masalah tersebut.

Polda Jatim Ungkap Pembobolan Bansos COVID-19 AS, Diapresiasi FBI

Seperti dilansir Reuters, Selasa, 4 Oktober 2016, tiga mantan karyawan dan seorang lainnya menyebutkan, perusahaan memenuhi permintaan Pemerintah Amerika Serikat untuk mengklasifikasikan dan memindai jutaan akun Yahoo Mail itu. Permintaan tersebut datang dari Badan Keamanan Nasional atau FBI dalam bentuk perintah rahasia yang dikirim ke tim hukum perusahaan.

Beberapa ahli pengawasan mengatakan, kasus ini merupakan yang pertama, di mana sebuah perusahaan internet Amerika Serikat menyetujui permintaan agen intelijen untuk melacak semua pesan, memeriksa pesan yang tersimpan atau memindai sejumlah rekening secara real time.

Tabrak Pemotor hingga Tewas, Pemobil 'Provost FBI' Jadi Tersangka

Tidak diketahui informasi apa yang ingin dicari pejabat intelijen. Hanya saja, mereka ingin Yahoo mencari satu set karakter. Menurut sumber-sumber yang tidak ingin diidentifikasi, hal itu bisa berarti frase dalam email atau lampiran.

Reuters belum dapat mengetahui data apa, jika ada, yang telah diserahkan Yahoo. Belum diketahui juga apakah pejabat intelijen telah mengajukan permintaan serupa kepada penyedia layanan email lainnya.

Badan Intelijen Negara Ingin Mencengkeram WhatsApp

Menurut dua mantan karyawan, keputusan Yahoo Chief Executive Marissa Mayer's untuk mengabulkan permintaan itu telah menimbulkan gejolak di kalangan beberapa eksekutif senior. Keputusan itu disebut juga menyebabkan Chief Information Security Officer Alex Stamos hengkang dari Yahoo dan pindah ke Facebook Inc.

"Yahoo merupakan perusahaan yang taat hukum dan sesuai undang-undang Amerika Serikat," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan singkat menanggapi pertanyaan Reuters terkait hal itu. Namun, Yahoo menolak berkomentar lebih lanjut.

Sementara itu, melalui juru bicara Facebook, Stamos juga menolak permintaan wawancara. Adapun National Security Agency (NSA) atau Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat merujuk pertanyaan soal itu ke Office of the Director of National Intelligence (ODNI). Namun, instansi itu pun menolak untuk memberikan komentar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya