Kisah Gadis Cilik 'Melaporkan' Situasi Perang di Suriah

Bana Alabed, anak tujuh tahun, yang tinggal di Aleppo, Suriah.
Sumber :
  • Twitter Bana Alabed

VIVA.co.id – Seorang gadis cilik bernama Bana Alabed (7) membuat para netizen berdecak kagum lantaran dirinya melaporkan situasi terkini di kampung halamannya, Aleppo.

Resmi Dilantik, Joe Biden Serukan Persatuan dan Akhiri Perang

"Kami adalah anak-anak, bukan teroris. Kami ingin hidup damai," tulis Bana Alabed dalam akun Twitter-nya @alabedbana, yang tinggal di Distrik Tariq al-Bab, Aleppo, Suriah, seperti dikutip situs Anadolu Agency, Minggu, 23 Oktober 2016.

Cuitan Bana ini mendapat respon sebanyak lebih dari 75 ribu netizen, sejak dirinya membuat Twitter pada September lalu.

Warga Indonesia di AS Ikut Waswas Jelang Pelantikan Joe Biden

Ia pun bercerita mengenai kondisi terbaru kota Aleppo akibat perang saudara berkepanjangan di Suriah.

Dibantu oleh ibunya, Fatemah, seorang guru bahasa Inggris, Bana memberikan informasi soal pemboman udara yang telah menghancurkan sebagian dari kota itu, dan menewaskan puluhan warga sipil.

Barack Obama Klaim AS Kini Lebih Terpecah-Belah

Tak hanya itu, Bana juga mem-posting video dan foto-foto dirinya, atau membaca buku cerita, sebagai upaya untuk mengalihkan perhatian dari serangan udara.

Bana juga telah mengarahkan tweet-nya untuk mencari bantuan kepada Presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Perdana Menteri Inggris, Theresa May.

Ia mengaku membuat akun Twitter untuk menunjukkan kepada dunia bagaimana anak-anak Suriah yang dibunuh dan untuk menarik perhatian pada perjuangan sehari-hari yang mereka hadapi.

Suriah telah menjadi 'negara tertutup' dalam perang saudara pada 2011, di mana rezim Presiden Bashar al-Assad menumpas aksi demontrasi pro-demokrasi yang meletus sebagai bagian dari 'Pemberontakan di Musim Semi Arab'.

Selama lima tahun, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta pengungsi di seluruh negara yang dilanda perang.

Sementara, Pusat Penelitian Kebijakan Suriah, sebuah LSM yang berbasis di Beirut, Lebanon, menyebutkan korban tewas dari konflik lima tahun ini lebih 470 ribu jiwa.


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya