Majalah Remaja Dikecam karena Sebut Korban Pemerkosaan Naif

Ilustrasi kasus perkosaan.
Sumber :
  • U-Report

VIVA.co.id – Sebuah majalah populer di Singapura menuai kritik setelah salah satu kolumnisnya menyalahkan korban pemerkosaan yang mengirim surat pembaca.

Alasan Polisi Baru Bisa Ungkap Kasus Perkosaan Wanita di Bintaro

Dilansir Independent, Selasa 15 November 2016, kejadian ini bermula saat seorang remaja mengirimkan curahan hatinya. Ia mengaku berbohong kepada orang tuanya untuk menginap di rumah kekasihnya. Ia terbangun dalam keadaan telanjang di samping kekasihnya, setelah mabuk berat.

"Kami berpelukan dan berciuman. Dia mulai membuka baju saya. Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena diberikan minuman. Saya tidak ingat apa-apa setelah keesokan harinya saya menemukan diri telanjang di tempat tidur di samping pacar saya," kata remaja tersebut melalui surat pembaca. Gadis yang tak disebutkan namanya ini mengaku tak tahu harus berbuat apa.

Kisah Sulitnya 2 Perempuan Inggris Laporkan Kasus Perkosaan Mereka

Surat itu kemudian ditanggapi oleh kolumnis Kelly Chopard dan dimuat dalam majalah edisi terbaru. Bukannya membela, Chopard malah menyebut gadis itu bodoh dan naif. Menurutnya, itu adalah konsekuensi yang dia dapat bila menginap di rumah seorang pria. "Saya tidak menyalahkan Anda. Tapi Anda bertindak selayaknya gadis yang sudah terbiasa dengan hal itu. Anda tidak bisa menyalahkan dia (kekasih) untuk tidak terpancing dalam hal seksual. Anda harusnya bersyukur ia mengenakan kondom," tulis Chopard.

Majalah Teenage didirikan pada tahun 1988 dan digambarkan sebagai majalah remaja nomor satu di Singapura. Namun, kolom yang diterbitkan dalam majalah edisi November itu memicu reaksi antar pembaca. "Dengan menerbitkan saran semacam itu sama saja Anda memaafkan tindak pemerkosaan. Ini adalah bentuk menyalahkan korban," tulis Sara Janelle melalui akun Facebook.

Kasus Reynhard Sinaga, Istana Akui Indonesia Tercoreng

Majalah ini telah menerbitkan permintaan maaf resmi dari Chopard melalui websitenya dan menyatakan bahwa ia tidak pernah menyalahkan korban dan hanya menyebut korban naif. Menurutnya, dia hanya punya tanggung jawab untuk memastikan bahwa korban tidak akan terlibat dalam perilaku beresiko itu lagi dan belajar bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensinya.

Melalui postingan Facebook, pihak majalah pun mengirimkan permohonan maaf karena tidak memiliki niat untuk menyalahkan korban atau menyebabkan kesan bahwa tindak pemerkosaan dapat diterima.

(ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya