Trump Mencak-mencak pada PM Australia

Presiden AS Donald Trump. Kebijakannya dinilai akan membuat guncangan dunia.
Sumber :
  • REUTERS/J. Scott Applewhite/Pool

VIVA.co.id – Presiden Amerika Serikat, Donald John Trump, marah dan mengamuk ke Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull. Penyebabnya, karena AS di masa pemerintahan Barack Obama mengambil ribuan imigran ilegal dari Australia.

Resmi Dilantik, Joe Biden Serukan Persatuan dan Akhiri Perang

Alhasil, Trump akan meninjau kembali 'kesepakatan' tersebut. "Apakah Anda percaya itu? Pemerintahan Obama setuju untuk mengambil ribuan imigran ilegal dari negara Anda? Mengapa? Saya akan mempelajari kembali kesepakatan bodoh ini," kata Trump, dalam akun Twitter-nya, seperti dikutip situs Reuters, Kamis, 2 Februari 2017.

Seperti diketahui, sebagai bagian dari kesepakatan, Washington setuju untuk memukimkan kembali 1.250 pencari suaka yang ditahan di kamp pengungsi di kepulauan Pasifik di Papua Nugini dan Nauru. Sebagai imbalan, Canberra akan memukimkan kembali pengungsi dari El Salvador, Guatemala, dan Honduras.

Warga Indonesia di AS Ikut Waswas Jelang Pelantikan Joe Biden

Namun, Turnbull menyangkal kalau 'disemprot' Trump. Ia mengaku telah dihubungi oleh presiden berlatar pengusaha properti itu melalui saluran telepon selama 25 menit. Akan tetapi, Turnbull menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut tentang percakapan "pribadi" yang telah menjadi berita utama di kedua negara ini.

Harian The Washington Post melaporkan bahwa Trump telah menuding Turnbull sebagai 'sekutu AS paling buruk' akibat kebijakan imigran ini. Sejumlah kebijakan baru yang dikeluarkan Trump, melalui perintah eksekutif, selama sepekan tidak saja mengagetkan, juga membuat susah banyak orang.

Barack Obama Klaim AS Kini Lebih Terpecah-Belah

Tak heran bila Trump akhirnya mulai mendapat perlawanan dari rakyat sendiri melalui aksi-aksi demonstrasi. Namun, bukan Trump namanya kalau tidak bisa menangkis “serangan-serangan” itu. Contohnya, Trump pun melarang warga dari tujuh negara masuk ke AS.

Ia berkilah, pelarangan itu bukan masalah agama. "Agar jelas, ini bukan soal pelarangan Muslim, seperti yang salah diberitakan oleh media. Ini bukan tentang agama, ini tentang teror, dan membuat negara kita tetap aman," dia menegaskan.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya