- REUTERS/Carlos Barria
VIVA.co.id – Penasihat Keamanan (Nasional) Amerika Serikat, Michael Flynn, mengundurkan diri dari jabatannya setelah dicecar habis soal skandal berkompromi dengan pejabat Rusia. Dia merupakan pejabat senior pertama yang mundur di era kepresidenan Donald Trump, padahal baru menjabat tiga pekan.
Menurut kantor berita Reuters, Flynn minta mundur pada Senin malam waktu setempat - atau beberapa jam setelah Trump ingin mengevaluasi dia karena diduga pernah bercakap-cakap dengan Duta Besar Rusia untuk AS soal rencana mencabut sanksi atas Moskow, yang diterapkan oleh Presiden Barack Obama terkait serbuan Rusia atas Ukraina. Percakapan itu berlangsung sebelum Trump dilantik jadi presiden AS pada 20 Januari 2017.
Padahal, Flynn sudah mengaku kepada Wakil Presiden Mike Pence bahwa dia tidak pernah bertemu dengan pejabat Rusia untuk membicarakan rencana pencabutan sanksi. Namun ada rekaman sadapan yang mengungkap percakapan Flynn dengan Dubes Rusia untuk AS, Sergey Kislyev. Adanya sadapan itu dibocorkan pejabat AS kepada media massa.
Bila benar ada percakapan demikian, Flynn berisiko melanggar hukum di AS, yang melarang persekongkolan dengan warga asing terkait kebijakan luar negeri. Hukum itu diatur dalam undang-undang bernama Logan Act.
Apalagai Flynn pun kini dianggap berbohong kepada Wapres Pence. Flynn mengaku tidak sempat membicarakan percakapannya dengan Dubes Rusia itu kepada Pence saat mereka bertemu.
"Sayangnya, mengingat begitu banyaknya peristiwa yang berlalu, saya tidak sempat memberi informasi yang lengkap kepada Wapres terpilih saat itu dan pihak-pihak lain mengenai percakapan telepon saya dengan Dubes Rusia. Saya, oleh karena itu, meminta maaf kepada presiden dan wakil presiden dan mereka menerima permohonan maaf saya," demikian tulis Flynn dalam surat pengunduran dirinya.
Kini, Penasihat Keamanan AS untuk sementara diisi oleh Jenderal Purnawirawan Keith Kellog. Dia sebelumnya merupakan Kepala Staf Dewan Keamanan Nasional. (ren)
Berani Tekan Donald Trump, Mueller Sosok yang Disegani
Mueller bahkan mengancam menggugat Trump agar bisa diperiksa langsung.
