27-04-1978: Hidup Presiden Afghanistan Berujung Tragis

Pasukan Khusus Uni Soviet, GRU.
Sumber :
  • Pinterest

VIVA.co.id – Hari ini 39 tahun silam, Presiden Afghanistan Sardar Mohammed Daoud Khan digulingkan dan dibunuh dalam sebuah kudeta berdarah yang dipimpin oleh kelompok pemberontak prokomunis.

Apa Beda Junta Militer dengan Kudeta? Ini Jawabannya

Tindakan brutal ini menandai awal dari pergolakan politik di Afghanistan yang menjadi 'pintu pembuka' Uni Soviet terlibat langsung di sana.

Mengutip situs History, Kamis 27 April 2017, Daoud Khan telah memerintah Afghanistan sejak berkuasa, juga melalui kudeta pada 1973.

Kewalahan Lawan Pemberontak, Junta Myanmar Berlakukan Wajib Militer bagi Pemuda dan Pemudi

Di bawah pemerintahannya, hubungan Afghanistan dengan Uni Soviet semakin buruk, lantaran Doud Khan menggelar kampanye gerakan melawan komunis Afghanistan.

Pada April 1978, Nur Muhammad Taraki, Ketua Partai Komunis Afghanistan mendorong kudeta, sekaligus pembunuhan Daoud Khan.

Terlibat Perencanaan Kudeta, Eks Presiden Brasil Diringkus Polisi

Benar saja, pada 27 April, presiden berkepala plontos itu tewas dengan cara dibunuh oleh kelompok Taraki dukungan Uni Soviet. Kematian Daoud Khan menyebabkan kekacauan politik di Afghanistan.

Taraki pun mengambilalih tampuk kepresidenan. Pada Desember 1978, atas "kesetiaannya" terhadap Soviet, Afghanistan mendapatkan tambahan bantuan, baik militer maupun ekonomi, dari negeri Tirai Besi tersebut.

Presiden Afghanistan Sardar Mohammed Daoud Khan

Sardar Mohammed Daoud Khan.

Sayang, berlimpahnya bantuan ini tidak bisa dinikmati rakyat Afghanistan dan justru ketidakstabilan politik di sana semakin kacau.

Hal ini disebabkan gaya memerintah Taraki yang diktator dan mengubah sistem politik Afghanistan menjadi negara satu partai.

Tak puas dengan Taraki, lalu pada September 1979, ia menerima karma Daoud Khan, yaitu digulingkan dan dibunuh. Lalu, naiklah Hafizullah Amin sebagai Presiden Afghanistan. Tetapi, umurnya tak panjang.

Sebab, pada akhir Desember, Tentara Merah resmi menyerbu Afghanistan, setelah sebelumnya Amin dibunuh oleh Pasukan Khusus Soviet, GRU di Istana Kepresidenan Afghanistan di ibu kota Kabul. (asp)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya