RI-Malaysia Sepakat Segera Selesaikan Masalah Perbatasan

Menlu RI, Retno Marsudi, dan Menlu Malaysia, Dato Sri Anifah Aman.
Sumber :
  • Viva.co.id/Dinia Adrianjara

VIVA.co.id – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membahas berbagai isu dan kemajuan hubungan kerja sama RI dan Negeri Jiran saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Malaysia, Dato' Sri Anifah Aman, di Jakarta. Pertemuan itu berlangsung dalam format Joint Commission for Bilateral Cooperation (JCBC) ke-15.

ASPINA Belanda Diluncurkan, Bagaimana Prospeknya bagi Ekonomi RI

Salah satu topik yang dibahas oleh kedua Menlu yaitu mengenai perdagangan dan investasi. Retno mengatakan, Malaysia merupakan salah satu mitra penting bagi Indonesia.

"Pada tahun 2016 lalu perdagangan kedua negara hampir mencapai USD 15 miliar. Bagi Indonesia, Malaysia termasuk investor terbesar ke-10 dengan nilai investasi USD1,1 milyar," kata Retno di Gedung Kementerian Luar Negeri, Jakarta Pusat, Minggu 11 Agustus 2017.

RI Bicara Tegas di OKI Minta Tanggung Jawab Bantu Rakyat Afghanistan

Topik lain yang dibahas Menlu Malaysia dan Indonesia adalah tentang perbatasan darat dan laut kedua negara. Sejak pertemuan JCBC tahun 2015 lalu, telah diadakan sembilan kali pertemuan untuk membahas perbatasan, baik di tingkat utusan khusus maupun teknis.

Mengenai batas darat, Indonesia menyambut baik penandatanganan MoU Nomor 20 tentang Pengakuan Bersama pada Survei Batas Internasional Indonesia-Malaysia (Joint Recognition on Survey Indonesia-Malaysia International Boundary).

Kesedihan Ibu Tukang Gorengan Ditinggal Pulang Pasukan TNI

"Kita juga sepakat untuk menyelesaikan lima masalah perbatasan yang masih ada yaitu di sektor Kalimantan Utara dan Sabah, serta empat di Kalimantan Barat dan Sarawak," ujar Retno.

Penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia juga menjadi salah satu fokus penting dalam pertemuan bilateral tersebut. Indonesia berharap penyelesaian pembaharuan MoU on Recruitment and Placement of Indonesia Domestic Worker dapat segera diselesaikan.

Kedua Menlu juga membahas mengenai kerja sama produksi kelapa sawit yang lestari. "Kolaborasi ini strategis bagi kedua negara, tidak hanya untuk meningkatkan daya saing, namun juga promosi untuk menyikapi kampanye negatif kelapa sawit," jelas Menlu Retno. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya