Sentimen Rasis, Tiga Mahasiswa China di Australia Dipukuli

Kondisi mahasiswa China yang jadi korban perundungan di Australia.
Sumber :
  • Shanghaiist

VIVA – Mahasiswa dan siswa China yang bersekolah di Australia kini mengaku takut untuk datang ke kampus mereka setelah mengalami kekerasan, ancaman dan pengeroyokan yang dilakukan oleh pemuda setempat karena status WNA.

Tiba di Bandara Soetta, 153 Warga China Langsung Dikarantina

Diberitakan oleh Shanghaiist, 7 November 2017, pada Senin malam pekan lalu, tiga pemuda China didekati oleh sekelompok remaja lokal saat mereka berada di Woden, sebuah persimpangan bus. Setelah meminta rokok, anak-anak Australia mulai meneriakkan kalimat-kalimat rasis pada mahasiswa China, juga meminta mereka "kembali ke negaranya."

Adu mulut akhirnya berubah jadi pertengkaran. Akibatnya, tiga mahasiswa China dan satu siswa SMA mengalami luka-luka. Salah seorang dari mereka juga dilarikan ke rumah sakit karena kemungkinan menderita buta temporer.

Ratusan Juta Warga China Tetap Liburan di Tengah Pandemi COVID-19

Salah seorang mahasiswa mengatakan, polisi tak terlalu merespon laporan mereka. Polisi datang setelah serangan terjadi dan pelaku sudah melarikan diri. Mereka juga mengatakan, polisi tak menanggapi secara serius komplain yang mereka sampaikan meski mereka mengaku terus diganggu dan mengalami aksi kekerasan dari remaja setempat setelah serangan itu.

Itu sebabnya, mereka memutuskan untuk menyampaikan apa yang mereka rasakan tentang perundungan dan kekerasan yang mereka alami melalui WeChat, media sosial China. Unggahan tersebut segera menjadi viral dan akhirnya mendapat perhatian dari media di Australia.

Kelompok Ekstrem Sayap Kanan di Australia Sebarkan Isu Anti-China

"Mereka terus mengikuti kami hingga ke dalam, mereka terus berteriak saat kami sedang makan," ujar salah seorang siswa kepada Fairfax Media. "Mereka meminta US$2, kami sudah memberikan, tapi akhirnya mereka meminta US$20 dan terus meningkat. Saya tak tahu bagaimana caranya keluar dari masalah ini," ujar mahasiswa yang tak mau menyebutkan namanya itu.

"Pagi ini mereka mengikuti saya, berjalan di sekeliling saya, dan saya memutuskan untuk kabur," ujar mahasiswa lain. "Ini sangat menakutkan, dan saya merasa sangat tak nyaman di sini," ujarnya menambahkan.

Tiga hari setelah penyerangan di persimpangan Woden, Kedutaan Besar China di Canberra mengeluarkan pernyataan yang mengutuk serangan di Woden. Pernyataan itu juga mempertanyakan petugas Australian Capital Territory (ACT) dan polisi untuk menjaga keselamatan siswa China yang tinggal di kota tersebut. Pada saat yang sama, Asosiasi China Australia memberikan peringatan, Canberra bukan lagi kota yang aman untuk mahasiswa internasional.

Polisi telah menangkap dua pelaku penyerangan di Woden, namun mereka juga menyampaikan tak yakin bahwa serangan itu dilatari oleh motivasi rasial.

Aksi kebencian kepada China di Australia sepertinya sedang menguat. Hari pertama dimulainya semester genap program studi, mahasiswa China di University  of Melbourne terkejut ketika tiba di kampus menemukan sejumlah selebaran yang meminta mereka untuk "pergi, atau akan dideportasi."

Sepekan setelah selebaran itu beredar, sebuah tulisan "Bunuh China," ditemukan di beberapa area lorong di kampus Universitas Sydney. Awal tahun ini, seorang perempuan warga China Australia diserang di sebuah jalan di Sydney oleh seorang pria yang berteriak mengusirnya dari Australia sebelum memukul wajahnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya