- REUTERS/Mohamad Torokman
VIVA – Presiden Palestina, Mahmouf Abbas berupaya mengumpulkan dukungan diplomatik pada menit-menit terakhir untuk meminta Presiden Amerika Donald Trump agar tidak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Spekulasi beredar, pengakuan itu akan diumumkan Donald Trump pekan ini.
Isu bahwa Trump secara sepihak akan mengakui Yerusalem wilayah di mana Palestina juga mengklaim akan jadi ibu kota negaranya pada masa mendatang, telah beredar dalam beberapa hari terakhir. Trump disebut tengah mempertimbangkan UU untuk mentransfer lokasi Kedutaan AS untuk Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Menurut seorang juru bicara, diungkapkan bahwa Abbas telah mengadakan serangkaian komunikasi telepon dengan beberapa pemimpin dunia untuk menjelaskan bahaya tindakan Amerika Serikat itu.
"Langkah Amerika yang terkait dengan pengakuan Yerusalem sebagai ibu kota Israel atau memindahkan Kedutaan AS ke Yerusalem merupakan ancaman bagi masa depan proses perdamaian dan tidak dapat diterima oleh orang-orang Palestina, Arab dan internasional," kata Abbas sebagaimana diberitakan Guardian, Senin, 4 November 2017.
Seruan Abbas sejauh ini telah disampaikan kepada para pemimpin Arab, Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di tengah prediksi bahwa seruan Palestina ini tidak akan didengarkan oleh Gedung Putih.
Abbas juga mengatakan akan melakukan pertemuan dengan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan Liga Arab untuk membahas masalah krusial itu.