Menteri Pertahanan AS ke Jakarta, Mau Singgung Alutsista RI

Menhan AS James Mattis
Sumber :
  • REUTERS/Mike Segar

VIVA – Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Wiranto, siang tadi mengumpulkan sejumlah pejabat tinggi terkait rencana kunjungan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, James Mattis, ke Jakarta. Dia berkunjung selama 22 - 24 Januari 2018. Sejumlah isu akan dibahas saat kunjungan Mattis ke Jakarta, termasuk soal kerja sama Alat Utama Sistem Persenjataan atau alutsista antara RI dan AS.

Pengamat Ingatkan Para Capres soal Pertahanan dan Peperangan Masa Depan

Rapat yang dipimpin Wiranto itu, yang dihadiri Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan perwakilan Panglima TNI, membahas sejumlah isu penting untuk disampaikan kepada menhan negara adidaya tersebut.

"Selama kunjugan nanti Menhan Mattis akan bertemu saya sendiri nanti malam. Kemudian besok ketemu dengan Pak Menhan, Pak Menko (Wiranto), Pak Panglima TNI," kata Menlu Retno di kantor Kementerian Polhukam Jakarta, Senin 22 Januari 2018.

AS Perpanjang Pembebasan Tarif Bea Masuk untuk Indonesia

Retno enggan membeberkan isu apa yang akan dibahas bersama Mattis.

Namun ia menjelaskan kedatangan Mattis banyak berhubungan dengan kerja sama Indonesia dan Amerika di bidang pertahanan, khususnya pengadaan alat utama sistem persenjataan.

Jimly Asshiddiqie: Menlu AS Datang Bujuk RI Tak Berpihak ke China

"Pastinya nanti koordinasinya kan ada di Pak Menteri Pertahanan ya, Mattis adalah Menteri Pertahanan. Kerja sama dengan Pak Menhan akan kita lihat nanti sejauh mana kesepakatan yang ada," ujarnya.

Selain itu, menurut Retno, pembahasan penting yang dilakukan kementeriannya ialah mengenai situasi di kawasan Indo-Pasifik, yang mencakup Samudera Hindia.

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri RI mengungkapkan pihaknya ingin membangun aristektur di kawasan Indo Pasifik mengingat semakin berkembangnya tantangan antarnegara di bidang terorisme dan kejahatan lintas-negara.

Apalagi bila melihat potensi ekonomi, kawasan ini bisa dikatakan belum digarap secara maksimal.

"Ini adalah kasempatan kita untuk menyampaikan beberapa posisi Indonesia terhadap isu-isu yang penting yang mengemuka saat ini. Misalnya regional arsitektur, yang terkait dengan Indo - Pasifik," kata dia. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya