10 Fakta Memilukan Balita Tewas Tanpa Kepala di Samarinda

Jasad bayi tanpa kepala diambil pihak keluarga
Sumber :
  • VIVAnews/Robbi Syai'an

VIVAnews - Kasus memilukan terjadi di Samarinda, Kalimantan Timur. Seorang bayi di bawah lima tahun (balita) ditemukan tewas dengan kondisi yang mengenaskan.

Kejagung Bantah Kabar Pembukaan Blokir Rekening Harvey Moeis

Balita itu bernama Muhammad Yusuf Ghazali, berusia 4 tahun. Ketika ditemukan, kepala bayi itu tidak ada. Hanya tubuhnya saja tanpa kepala.

Setelah melakukan penyelidikan, polisi kemudian menetapkan dua tersangka atas kematian sang balita. Dua tersangka yaitu Tri Supramayanti (52) dan Marlina (26) yang merupakan guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tempat korban dititipkan oleh orang tuanya.

5 Fakta Selebgram Chandrika Chika Jadi Tersangka Kasus Narkoba

Berikut ini 10 fakta mengenai balita yang tewas tanpa kepala:

1. Ditemukan dalam Kondisi Tidak Utuh

Penampakan Chandrika Chika Usai Ditetapkan Jadi Tersangka Kasus Narkoba, Udah Pakai Baju Oren

Warga menemukan almarhum Yusuf dalam kondisi mengambang di anak sungai Jalan Pangeran Antasari II, pada Minggu pagi, 8 Desember 2019. Ketika itu, jasad Yusuf sudah tidak utuh, hanya bagian tubuh tanpa kepala.

Selain tanpa kepala, kaki dan tangan pun terputus, serta tulang di bagian dada tampak tak berada di posisi normal. Meskipun begitu, jasad langsung dilarikan ke RSUD AW Sjahranie.

2. Sempat Dikira Boneka

Sebelum warga yakin bahwa jasad itu adalah seorang balita, mereka mengira mayat tersebut adalah boneka. Salah seorang saksi, Ika (35), yang melihat jasad korban langsung memanggil suaminya. Setelah diperhatikan lebih lanjut, ternyata diyakini jasad manusia.

"Kami lapor RT baru diteruskan di polisi. Jasad kemudian dievakuasi ke RSUD Wahab Sjaharie," katanya.

3. Hilang Sejak 22 November 2019

Yusuf dikabarkan menghilang secara misterius sejak 22 November 2019. Saat itu Yusuf dititipkan orangtuanya ke sekolah PAUD Jannatul Athfaal, Jalan Abdul Wahab Syahrani, di Samarinda Ulu.

Pencarian terhadap Yusuf telah dilakukan keluarga, mulai dari menggunakan jasa paranormal, mempublikasikan di media sosial, juga melaporkan kejadian hilangnya Yusuf ke kepolisian.

4. Memakai Baju Bertuliskan Monas

Ketika Yusuf hilang, banyak spekulasi bermunculan. Mulai dari diculik, hingga terseret arus air, mengingat kala itu sedang turun hujan yang menyebabkan terjadi banjir.

Saat di ruang jenazah, meski kondisi balita sudah tak dikenali, kedua orangtua bocah yang hilang dua pekan lalu meyakini jasad tersebut adalah anaknya.

Terlebih kepala jasad hingga saat ini masih misterius keberadaanya, termasuk alat kelamin yang juga sulit diidentifikasi secara kasat mata.

Paman Yusuf, Lukman, mengatakan keyakinan itu didasari beberapa kemiripan pada jasad laki-laki diperkirakan berusia 3-4 tahun. Di tubuh jasad juga ditemukan bekas baju bertuliskan Monas.

"Ibunya ingat, Yusuf diketahui menggunakan baju tersebut terakhir saat hilang," katanya.

Karena itu, keluarga Yusuf akhirnya membawa jenazah tersebut ke rumah duka setelah sempat dibawa ke kamar jenazah RSUD Abdul Wahab Syaharie, Samarinda.

"Kami sudah tidak mengenali lagi keponankan kami dari fisik. Tapi pakaian yang digunakan mendekati kemiripan bahwa itu keponakan kami yang hilang dua minggu lalu," kata Lukman.

5. Keluarga Menolak Jasad Diautopsi

Keluarga menolak autopsi karena kondisi jasad balita. Alasannya, menurut Lukman, laporan hilangnya Yusuf sudah berlarut-larut ditangani kepolisian.

"Kami sudah mengikhlaskan keponakan kami. Kami urus jenazahnya, selanjutnya polisi mengusut penyebab kematian keponakan kami," tegas Lukman.

Jasad balita yang diyakini jasad Yusuf itu, saat ini telah dikebumikan di TPU Damanhuri Samarinda.

6. Kepala Belum Ditemukan

Sejak ditemukan pada Minggu pagi, 8 Desember 2019, kondisi jasad almarhum Yusuf tidak lengkap lagi. Selain tanpa kepala, kaki dan tangan pun terputus, serta tulang di bagian dada tampak tak berada di posisi normal.

Jasad Yusuf kemudian di TPU Damanhuri Samarinda. Namun hingga sekarang, tidak ada keterangan baik dari keluarga maupun kepolisian yang menyebutkan bahwa kepala almarhum sudah ditemukan.

7. Dua Guru PAUD Jadi Tersangka

Setelah melakukan sejumlah penyelidikan, polisi kemudian menetapkan dua orang tersangka dalam kasus kematian Yusuf Achmad Ghazali. Dua tersangka itu merupakan guru PAUD dari korban yaitu Tri Supramayanti (52) dan Marlina (26).

Kasat Reskrim Polresta Samarinda, Kompol Damus Asa, mengatakan ada kelalaian dua tersangka sebagai pengajar yang menyebabkan Yusuf sempat hilang dan kemudian ditemukan tanpa kepala dan sejumlah organ tubuh lainnya.

8. Tidak Ditemukan Bukti Kejahatan

Dari penyelidikan diketahui belum ada bukti korban merupakan tindakan kejahatan yang direncanakan. Sebelumnya, orangtua Yusuf, Bambang Sulisto, menyebut anaknya adalah korban kejahatan. Ayah korban tak puas jika putranya hilang disebut polisi karena tercebur ke selokan.

"Masyarakat boleh berasumsi. Tapi, kita setelah selidiki enggak bukti kuat," kata Kasat Reskrim Polresta Samarinda, Kompol Damus Asa.

Dari bukti-bukti yang ada, Damus mengatakan kepolisian menyimpulkan ada kelalaian dari PAUD. Berdasarkan standar operasional prosedur (SOP) PAUD yang bertanggungjawab atas kejadian itu adalah para pengasuh.

"Jadi, kami amankan dua tersangka pengasuh PAUD yang piket saat Yusuf dinyatakan hilang," ujarnya.

Polisi tak menemukan bukti kuat atau fakta lapangan yang menjurus ke tindak kejahatan terkait kematian Yusuf. "Bukti kuat Yusuf terseret di parit dari lokasi hilang ke lokasi penemuan," kata Damus.

Dia menjelaskan di lokasi kejadian, ada saluran drainase dari titik hilangnya Yusuf di PAUD Jannatul Athfaal. Dari PAUD di Jalan Wahab Syahranie dengan lokasi penemuan di anak sungai Jalan Antasari berjarak sekitar empat kilometer.

"Jadi, tidak sepenuhnya tertutup. Ada rongga atau ruang kosong di bawah teralis besi penyaring sampah yang dipasang di drainase," jelas Damus.

Karena itu, penyebab jenazah Yusuf terseret cukup lama sebelum ditemukan di lokasi penemuan. Sejauh ini, bukti kuat hanya menunjukkan bahwa jasad balita itu identik dengan Yusuf yaitu dari hasil tes DNA.

"Bukti yang kuat di situ. Dan kami bisa pertanggungjawabkan. Jika ada masyarakat yang membangun opini Yusuf korban kejahatan enggak bisa dibuktikan," kata Damus.

9. Dua Guru PAUD Lalai

Dua tersangka terkait kasus tewasnya Ahmad Yusuf Ghazali mengaku lalai dalam mengawasi korban di sekolah PAUD Jannatul Athfaal. Dua tersangka merupakan guru PAUD yang sedang piket.

Kedua tersangka yaitu Tri Supramayanti dan Marlina pun hanya pasrah dan tak bisa berbuat banyak saat diamankan polisi.

Salah seorang tersangka, Tri, menceritakan sebelum ditemukan tewas tanpa kepala, Yusuf sempat menghilang misterius. Ia mengakui, saat itu sedang piket bersama Marliana mengawasi sejumlah anak. Dari tujuh anak yang diawasinya saat itu, salah satunya adalah Yusuf.

"Waktu itu saya lagi menjaga bayi juga yang lagi menangis, sementara Yusuf sedang main," kata Tri.

Tri telah bekerja di PAUD Jannatul Athfaal sejak dua tahun empat bulan lalu. Kendati demikian, ia telah bekerja sebagai pengasuh anak sejak 23 tahun lalu. Sedangkan, tersangka lain Marlina, sudah 10 tahun kerja di PAUD tersebut.

Sedangkan Marlina menceritakan saat itu dia sedang sibuk mengasuh anak-anak lainnya yang sedang menangis. "Yusuf lepas dari pengamatan," kata Tri.

Saat itu, perempuan berkerudung itu juga mengaku tak bisa menahan diri karena hendak buang air kecil.

"Kemungkinan dia (Yusuf) lewat pintu keluarnya. Kami memang lagi piket saat itu. Selama ini saya tak pernah begini, karena kelalaian saya juga ini," ujarnya.

Saat ini, kepolisian sudah menyiapkan Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. "Kami tidak nyangka berujung begini. Kami pasrah," tutur Marlina.

Tri Supramayanti dan Marlina kini telah ditahan di Polsek Samarinda Ulu. Barang bukti yang diamankan polisi adalah baju Yusuf, dan beberapa bukti lain terkait kelalaian pihak PAUD.

10. PAUD Dinonaktifkan

Dampak dari peristiwa tersebut, PAUD Jannatul Athfaal untuk sementara dinonaktifkan. Begitupun dengan para pengawas yang bekerja di sana.

Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Samarinda Asli Nuryadin menjelaskan bahwa ada standarisasi pendirian sekolah PAUD. Dia mengkritisi cara PAUD yang menerima mengasuh bayi. Padahal, tak seperti itu menyalahi aturan dalam sistem pengajaran PAUD.

"Tentunya harus aman dan perlu kewaspadaan kita semua, yang utama adalah menjaga anak-anak itu sendiri," ujar Asli.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya