- VIVA.co.id/ Andrew Tito
VIVA – Sebanyak 2.288 pasangan suami istri dikabarkan telah mengajukan perceraian hingga Agustus 2020, di wilayah Jakarta Barat. Angka perceraian pasangan suami istri sempat meningkat pada Juni 2020 ketika masa pandemi COVID-19.
Ketua Pengadilan Agama (PA) Jakarta Barat, Mohamad Yamin, mengatakan, hingga Agustus 2020, sudah ada 2.288 kasus perceraian yang ditangani PA Jakarta Barat. Namun, baru 315 yang diputus selama kurang lebih setengah tahun terakhir.
Baca juga: Pandemi COVID-19, Makin Banyak Orang Cerai di Medan
Yamin mengakui sempat ada keterlambatan dalam pemutusan. Hal itu lantaran PA Jakarta Barat harus tutup ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pertama hampir dua bulan lamanya.
"Jadi, perkara yang masuk Februari dan Maret harus tertunda karena pengadilan ditutup sementara," ujar Yamin saat ditemui di Pengadilan Agama Jakarta Barat, Jumat 28 Agustus 2020.
Ketika pengadilan buka kembali pada pertengahan Juni, Yamin mengaku sempat terjadi peningkatan gugatan cerai di PA Jakarta Barat. Mayoritas penyebab perceraian di Jakarta Barat dilandasi faktor ekonomi.
Misalnya saja karena tidak dinafkahi oleh suami. Mayoritas penggugat cerai itu datang dari pihak perempuan.
"Saat kami buka Juni sempat terjadi lonjakan gugatan cerai. Namun, kami arahkan untuk gunakan e-court agar tidak terjadi penumpukan," ujarnya.
Lewat e-court, masyarakat hanya tinggal mendaftarkan perceraian melalui internet. Meski demikian, masih terdapat masyarakat yang mengantre langsung ke PA Jakarta Barat untuk mendaftarkan perceraian.
Umumnya, Yamin menjelaskan, mereka adalah masyarakat menengah ke bawah yang tidak terlalu paham dengan pendaftaran online.
Yamin memastikan, meski terdapat antrean perceraian, pihaknya tetap menerapkan protokol kesehatan. Misalnya saja dengan membatasi 17 antrean untuk pendaftaran cerai. (art)
