Gerhana Matahari Total

Menguak Mitos Bala yang Menimpa Wanita Hamil Saat Gerhana

Ilustrasi Gerhana Matahari
Sumber :
  • ANTARA/Fikri Yusuf

VIVA.co.id – Dalam hitungan jam, masyarakat Indonesia bakal menjadi saksi sejarah fenomena langka gerhana matahari total (GMT).

Makanan Ini Mampu Atasi Stretch Mark Usai Melahirkan

Gaung bakal terjadinya fenomena yang disebut hanya akan berulang pada tahun 2043 itu sudah membahana meskipun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, proses gerhana menuju total berpeluang terhalang awan hujan.

Sebenarnya, fenomena gerhana matahari bukan baru pertama kali terjadi di Indonesia. Catatan astronomi bangsa menyebutkan gerhana matahari terakhir kali terjadi pada tahun 1983.

Lebih Banyak Wanita Melahirkan di Usia 40

Namun, jauh sebelum itu, gerhana matahari diduga pernah menyapa Indonesia. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya mitos dan kepercayaan masyarakat tentang dampak gerhana matahari.

Salah satu mitos lama yang masih berlaku dan diyakini sebagai dampak gerhana adalah mitos tentang ibu hamil.

Makna Gerhana Matahari dalam Budaya Sunda

Dalam penelusuran VIVA.co.id, mitos ibu hamil dan gerhana masih tersiar diperbincangkan masyarakat Ibu Kota Jakarta, terutama di wilayah pesisir utara Jakarta.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/03/08/56ded3bb2b75d-pak-ulung-saat-ditemui-di-muara-angke-jakarta-utara_663_382.jpg

Foto: Pak Ulung saat ditemui di Muara Angke, Jakarta Utara.

"Biasanya sih yang saya tahu, cewek hamil kudu ngumpet," kata Ulung, pria berusia 68 tahun yang berprofesi sebagai nelayan Kampung Nelayan Muara Angke, Jakarta Utara, Selasa, 8 Maret 2016.

Ulung menuturkan, mitos itu berkembang sejak lama. Jika ada ibu hamil yang tidak bersembunyi dari sinar matahari gerhana, maka ibu hamil itu akan terkena bala atau musibah.

"Jangan sampai kena gerhana, kalau kena atau lihat, bisa kena bala," ujar Ulung.

Menurut Ulung, mitos itu tak hanya ada di masyarakat pesisir utara Jakarta, tapi juga berlaku di kampung halamannya di Subang, Jawa Barat.

"Kalau orang kota sih mungkin sudah enggak pengaruh ya mitos kayak begitu, tapi di kampung saya di Subang itu masih banyak yang ngelakuin," ujar Ulung sembari bersantai di Dermaga Muara Angke.

http://media.viva.co.id/thumbs2/2016/03/08/56ded426bf549-suasana-di-kampung-nelayan-muara-angke_663_382.jpg

Foto: Suasana di kampung nelayan Muara Angke

Namun, Ulung mengakui bahwa di sekitar lingkungannya di Muara Angke-Kaliadem, yang notabene wilayah Jakarta, kalangan nelayan masih ada beberapa yang mempercayai mitos tersebut.

"Di sini juga ada, di Jakarta ini, daerah Muara Angke sama rumah saya (kaliadem) masih ada beberapa yang percaya. Kalau enggak ngumpet, kena bala, nanti kena kutukan tompel gede di muka atau di kaki bayinya," kata Ulung sembari memberikan kontak nomornya menawarkan jasa pengantaran pemancingan.

Selama ini, mitos itu masih patut dipertanyakan kebenarannya, sebab belum ada ilmu pasti yang menyatakan kebenarannya. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya