Nelayan Hadiahi Ikan Bau Amis untuk Ahok

Nelayan bawa hadiah ikan ke kantor Ahok.
Sumber :
  • Fajar GM - VIVA.co.id

VIVA.co.id – Lima nelayan yang biasa melaut di Teluk Jakarta mendatangi kantor Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama di Balai Kota DKI, Selasa, 19 April 2016.

PKB dan PKS Sepakati Koalisi di Pilkada Serentak 2024, Khususnya di Jateng dan Jatim

Mereka membawa sejumlah hadiah, seperti jaring yang biasa mereka pakai melaut, dan dua kotak styrofoam berisi ikan segar yang disimpan bersama beberapa balok es.

Lima nelayan, yang mengaku telah menjadi pelaut secara turun temurun, membawa ikan untuk membuktikan kepada Ahok, sapaan akrab Basuki, bahwa Teluk Jakarta, tempat mereka menggantungkan hidup, tidak tercemar dan masih dihuni ikan-ikan yang mereka tangkap.

Pilpres Berakhir, Cak Imin Sebut Timnas Amin Akan Dibubarkan Besok Pagi di Rumah Anies

"Kalau tercemar enggak mungkin ikan-ikan ini bisa kami jaring," ujar Saefudin, bagian humas dari Forum Kerukunan Masyarakat Muara Angke (Forkeman).

Para nelayan diterima Badan Kesatuan Bangsa dan Politik DKI di ruang crisis center Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI. Bau amis segera menyeruak di ruangan berukuran sekitar 2x3 meter yang letaknya masih satu bangunan dengan ruangan tempat Ahok biasa berkantor.

UEA dan Indonesia Kolaborasi Kembangkan Pencak Silat dan Bulutangkis

Saefudin mengatakan, berbagai pernyataan Ahok di media yang mengatakan laut Jakarta sudah tercemar sekedar pembelaan Ahok untuk melanjutkan proyek reklamasi Teluk Jakarta.

Saefudin meminta Ahok memanfaatkan moratorium yang tengah dilakukan pemerintah pusat, untuk benar-benar menghentikan proyek menguruk laut untuk menciptakan 17 daratan baru.

"Bapak Ahok ngomong di media bahwa di Teluk Jakarta itu sudah tidak ada ikan tidak benar," ujar Saefudin.

Saefudin menceritakan pengalamannya melaut di perairan Muara Angke. Sebelum laut mulai diuruk untuk menciptakan Pulau F dan Pulau G, ia dan kru nelayan biasa membawa ikan dalam jumlah dua hingga lima ton semalam. Kini, saat perusahaan pengembang menimbun pasir untuk bisa mendirikan bangunan di atasnya, ia merasakan ikan sudah tidak sebanyak dulu lagi.

"Sekarang boro-boro (mendapat jumlah tangkapan besar). Kalau dulu gampang. Jarak satu mil saja saya sudah dapat ikan. Sejak ada reklamasi, tangkapan jadi buruk," ujar Saefudin.

Saefudin mengatakan, bila pulau buatan ditiadakan, atau minimal pulau yang belum diuruk tidak jadi direklamasi, Teluk Jakarta tetap seperti semula, menjadi habitat ikan dan banyak biota laut.

"Mohon Pak Ahok cabut izin reklamasi. Kalau mau cicipi ikan ini, kita bisa makan bareng," ujar Saefudin.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya