Ironis, Ada 17 Kasus Gizi Buruk di Jakarta Pusat

Cakram Gizi
Sumber :
  • VIVA.co.id/ Rintan Puspitasari

VIVA.co.id – Sejumlah 17 balita dengan usia rata-rata dua sampai tiga tahun menderita gizi buruk. Ironinya, kasus ini terjadi di ibu kota negara, Jakarta. Mereka tersebar di delapan kecamatan yang ada di wilayah Jakarta Pusat.

Terpopuler: Tips Cegah Penyakit Menular Seksual Hingga Beda Stunting dan Gizi Buruk

"Itu baru di Jakarta Pusat, dipastikan di wilayah lain juga ada," kata bakal calon Gubernur DKI Muhamad Idrus dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam keterangan persnya, Rabu, 18 Mei 2016.

Idrus meminta aparat terkait terus menyisir balita yang menderita gizi buruk di Jakarta. Langkah itu perlu dilakukan agar persoalan segera tertangani.

Ramai Jadi Perbincangan di Debat Capres, Pahami Beda Stunting dan Gizi Buruk

Kondisi itu, kata dia, salah satunya disebabkan oleh faktor kemiskinan. Berdasarkan data yang dia peroleh, saat ini sekitar 353 ribu warga Jakarta hidup di bawah garis kemiskinan.

"Ini akibat kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI yang tidak pro dengan wong cilik. Di Jakpus saja yang jantungnya ibu kota masih ada belasan balita menderita gizi buruk. Sungguh memprihatinkan," ujar Idrus.

Pemerintah Fokuskan Pencegahan Stunting di Tiga Wilayah Ini

Idrus mengemukakan, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Jakarta mencapai Rp67,1 triliun. Dengan dana sebanyak itu, kata dia, seharusnya Pemprov DKI bisa leluasa menghilangkan kasus balita menderita gizi buruk.

Sementara itu, Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Jakarta Pusat, Yudhita Endah membenarkan temuan tersebut. Namun, kata dia, ke-17 balita itu bukan gizi buruk murni.

"Iya benar, tapi itu sudah dilayani dan ditangani oleh Dinas Kesehatan. Sudah lama, jadi bukan temuan baru, memang seperti itu kondisinya," kata dia kepada VIVA.co.id

Menurut dia, gizi buruk itu karena penyakit penyerta, yang mungkin terjadi karena sang ibu tidak memeriksakan diri saat hamil. "Tidak memeriksakan diri setiap bulannya. Kan itu harus diperiksa kandungannya. Tidak makan makanan sesuai dengan berkembangnya kandungan," ujar Yudhita. 

"Kalau gizi buruk murni di Jakarta itu baru keterlaluan, artinya kayak di daerah miskin," Yudhita menambahkan.

Dia mengungkapkan, 17 balita gizi buruk tersebut merupakan sisa dari 24 balita yang sudah ditangani pada 2015. 

"Kami sweeping, teman-teman Puskesmas, kader PKK, sweeping warga, barang kali ada gizi buruk. Ternyata ada yang ketemu sudah diajak ke Puskesmas, Posyandu, timbang segala macam," kata Yudhita.

Menurut dia, sejumlah 17 balita tersebut belum tertangani karena terhalang kemauan orangtua, bukan dari Dinas Kesehatan. Karena itu, dia meminta kesadaran orangtua balita itu agar anaknya bisa segera ditangani. (ase)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya