Bahaya Menonton Sinetron bagi Anak

Anak menonton TV/Ilustrasi.
Sumber :
  • forbes.com

VIVA.co.id – Wakil Ketua Bidang Program dan Eksternal Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), Margaretha Hanita, mengatakan tayangan tidak bermanfaat yang hadir di televisi Indonesia sangat mengganggu perkembangan anak.

10 Sinetron Indonesia Terpanjang Ada yang Capai Ribuan Episode

Tayangan yang dimaksud Margaretha di antaranya sinetron dan acara drama percintaan. Dua tayangan itu dapat merekam dan mencerna ke dalam otak anak-anak, bahkan bisa dicontoh ke kehidupan nyata.

"Lingkaran setannya tuh ada di komunitas alay, yang cita-citanya mau jadi artis sinetron. Hanya menonton tayangan-tayangan di televisi yang tidak mendidik," kata ujar Margaretha di acara Focus Group Discussion Polres Metro Jakarta Barat, di Wisma Siti Maryam, Jalan Kedoya Raya, Jakarta Barat, Kamis, 26 Mei 2016.

Wow, Sinetron Buku Harian Seorang Istri Tembus 400 Episode

Margaretha menegaskan, jalan satu-satunya menghapus sinetron yakni dengan memboikot. Dengan begitu, ratingnya akan turun dan lama kelamaan akan hilang dari tayangan televisi.

"Kami sudah mengusulkan berulang-ulang, menonton sinetron itu tidak mendidik. Ngajarin anak-anak jadi konsumtif, hedonis, saling membenci dan percintaan yang tidak sewajarnya disaksikan oleh anak-anak di bawah umur," kata Margaretha.

Ponakan Agnez Mo Bakal Lantunkan Lagu Pernikahan Dini Versi Baru

Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menegaskan bahwa tayangan sinetron di televisi sangat tidak mendidik.

Oleh karena itu, Komisioner KPAI, Maria Ulfah Anshor, meminta kepada pihak terkait untuk segera menghentikan penanyangannya.

"Tayangan sinetron ini berdampak ketika anak melihat sinetron yang penuh dengan tindakan kekerasan, maka anak akan mengikutinya," kata Maria di Gedung PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis, 4 Februari 2016.

Tayangan sinetron dinilai akan sangat berpengaruh buruk pada tumbuh kembang anak. Sayangnya, media televisi saat ini tidak memperhatikan hal tersebut dan hanya mementingkan keuntungan. Padahal fungsi media sebagai pendidikan seharusnya memperhatikan aspek para penonton usia anak. (ase)

Laporan: Jeffry Yanto Sudibyo

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya