Kisah Mengerikan Polwan Diterjang Badai Salju Carstensz

Tim ekspedisi 24 polwan di Carstensz Pyramid.
Sumber :
  • Instagram yaftebbi

VIVA.co.id – Sebanyak 24 anggota polisi Wanita (polwan) mendapatkan penghargaan usai menaklukkan salah satu puncak tertinggi di dunia, Carstensz Pyramid di Pegunungan Jaya Wijaya, Papua. 

Frengki Candra Kusuma, Korban Erupsi Gunung Marapi yang Jasadnya Keluarkan Bau Aroma Wangi

Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) bahkan menganugerahkan dua piagam penghargaan rekor dunia kepada Polri, atas perjuangan para polwan itu.

Namun, di balik semua keberhasilan itu, ada cerita mengerikan tentang bagaimana para srikandi itu  bisa bertahan hidup di pegunungan yang ditutupi lapisan es beku itu.

Kisah di Balik Tugu Abel Tasman, Viral Usai Erupsi Marapi: Tempat Jasad Yasirli Amri Ditemukan

Menurut ketua tim ekspedisi Carstensz Pyramid, AKBP Siwi Erma Andriyani, saat melakukan pendakian, tim sempat diterjang badai salju dan hujan es yang datang tiba-tiba.

"Masalah cuaca di Papua, lima menit cuaca bisa berubah, tiga sampai dengan empat kali dan lebih perubahan cuaca seperti panas terang-benderang lalu badai salju, lalu hujan, hujan es dan lain sebagainya Itu pengalaman kami yang tidak kami terdapat di Pulau Jawa," ujar Siwi, Rabu, 23 Agustus 2017.

Update Korban Erupsi Marapi: 23 Pendaki Tewas, 16 Teridentifikasi

Tak hanya badai salju, tim juga harus berhadapan dengan ancaman paling mengerikan bagi pendakian gunung, yaitu mulai menipisnya oksigen. Kondisi ini membuat tim jadi mudah lelah dan kesulitan bernapas.

"Sehingga itu mungkin tantangannya untuk kita aklimatisasi di sana. Pergerakan di gunung dengan ketinggian 2000 sampai dengan 3000 tidak sama dengan 4000 pergerakannya akan sangat lambat karena kita harus mengatur napas," katanya.

FOTO: Tim ekspedisi 24 polwan di Carstensz Pyramid.

Sementara itu, menurut Ipda Heni Gustiana, polwan asal Polres Pesawaran, Lampung, dirinya bahkan sempat mengalami frustasi menghadapi kondisi alam di Carstensz dan nyaris saja tak melanjutkan pendakian ke puncak yang berada di ketinggian 4.884 meter dari permukaan laut. 

"Begitu kita pertengahan di sana, pertama saya sempat, 'Ya waduh, itu kan ini bisa sampai enggak ya'. Tapi di sana itu kita perbanyak istighfar. Jadi sepanjang jalan, Allah, Allah, Allah lama-lama juga sampai," kata Ipda Heni Gustiana.

Ipda Heni menuturkan, tangannya sempat biru karena kedinginan akibat terkena badai salju di pertengahan pendakian. "Ke semuanya di bibir semua biru. Itu air yang tadinya air panas itu sudah jadi dingin," ujarnya.

Sebenarnya Carstensz tidak disarankan untuk pendaki yang minim pengalaman. Sebab, selain kondisi cuaca Papua yang mudah berubah, bahaya longsor pun jadi kendala bagi mereka para pendaki.

Ke-24 polwan ini merupakan gabungan dari personel seluruh kepolisian daerah di Indonesia yang lolos seleksi. Sebelum diberangkatkan, mereka sempat mendapat pelatihan dan pengetahuan tentang kondisi Carstensz  selama tiga bulan. Salah satu latihan yang rutin digelar yakni panjat tebing.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya