Ada di Danau Toba, Ratna Sarumpaet Sebut Luhut Ketakutan

Pegiat sosial Ratna Sarumpaet.
Sumber :
  • Danar Dono - VIVA.co.id

VIVA – Ratna Sarumpaet mengkritisi pengawasan yang dilakukan Pemerintah Indonesia terhadap operator atau pengusaha perorangan Kapal Motor Penyebrangan yang ada di Danau Toba, Sumatera Utara.

Pelari Indonesia, Malaysia Hingga Amerika Siap Bertarung di Trail of The Kings Danau Toba 2024

Rata menilai, KM Sinar Bangun tenggelam di Perairan Danau terbesar di Asia Tenggara itu, Senin lalu, 18 Juni 2018, karena lemahnya pengawasan. Dengan itu, penataan harus segera dilakukan Pemerintah Indonesia.

"Kita jangan cuma hanya bangun tol, tetapi kapal itu infrastruktur juga. Kenapa tidak diperiksa kapal yang masih layak atau tidak. Kalau tidak, diledakkan saja, karena sudah tidak layak," kata Ratna kepada wartawan di Medan, Senin petang, 2 Juli 2018.

Puncak Arus Balik Lebaran di Sumut Berlangsung Selama 3 Hari

Ratna sempat berbincangan dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Namun, jawaban mengejutkan diterima Ratna. Bahwa, akan dihentikan proses pencarian korban KM Sinar Bangun. Hal itu, membuat ia mengeluarkan suara menolak penghentian pencari korban di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun.

"Karena kami, rencana tadi malam aku mau bicara sama BNPB, beliau mengatakan akan diselesaikan hari Selasa besok, 3 Juli 2018, dengan cara tabur bunga dan lainnya. Terus, aku pikir masih ada waktu untuk jumpa pers menghubungi Jakarta dan lainnya," kata Ratna.

Geopark Kaldera Toba, Situs Diakui UNESCO yang Miliki Ragam Aktivitas Wisata

Penghentian pencarian ditempuh, setelah dilakukan musyawarah antara masyarakat dengan Basarnas dimotor Pemerintah Kabupaten Simalungun.

"Enggak tahunya, malah pagi ini Luhut Panjaitan sudah datang. Mungkin, dia dengar Ratna sudah ada di situ. Dia takut, kali ini rakyat akan berubah pikiran. Padahal, memang sudah berubah pikiran," kata Ratna.

Ratna menjelaskan bahwa saat melakukan peninjau langsung, keluarga korban akan mendapatkan santunan sebesar Rp60 juta dari Pemerintah. Dengan itu, proses pencarian korban dihentikan.

"Karena, saya sudah jadi aktivis 40 tahun. Saya tahu rakyat yang lemah, memang begitu posisinya. Kalau sudah berhadapan dengan kekuasaan, mereka kayak terbelah. Ada yang dikasih uang, ada yang tidak dan ada yang gontok-gontokan," ujar Ratna.

Ratna sempat adu mulut dengan seorang keluarga korban dan Menteri Koordinasi (Menko) Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan saat mengunjungi di Posko Terpadu Kecelakaan KM Sinar Bangun di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalung, Sumatera Utara.

Ia pun, sempat diusir keluarga korban dan membuat petugas Kepolisian memintanya untuk keluar dari Posko tersebut. Namun, tidak membuat Ratna menghentikan aksi. Di luar posko, Ratna terus mengoceh-ngoceh dengan suara keras menyatakan menolak penghentian pencarian korban.

Untuk diketahui, proses pencarian pertama dilaksankaan 18 hingga 24 Juni 2018. Perpanjangan masa pencarian pertama 25 sampai 27 Juni 2018. Kemudian, perpanjangan masa pencarian untuk kedua kalinya, 28 hingga 30 Juni 2018. Untuk perpanjangan pencarian ketiga kalinya, 1 sampai 3 Juli 2018.

Untuk saat ini, Tim SAR Gabungan baru berhasil mengevakuasi 24 orang. Di mana, 21 orang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat dan tiga orang dalam keadaan meninggal dunia.

Kemudian, 164 orang masih menyatakan hilang saat ini. Ratusan korban itu, merupakan penumpang KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba, Senin 18 Juni 2018.

Baca: Bikin Onar, Ratna Sarumpaet Diusir Warga Danau Toba

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya